Pembajakan Buku Merajalela, Penulis Angkat Bicara

28 July 2025
Pembajakan Buku Merajalela, Penulis Angkat Bicara
Buku merupakan karya intelektual bangsa yang ironisnya, kerap dibajak dan belum sepenuhnya dihargai oleh masyarakat

#LiterAsik — Apakah kamu punya penulis favorit? Bagaimana jika suatu hari ia memutuskan berhenti menulis—bukan karena kehabisan ide, tetapi karena merasa karyanya tidak lagi dihargai. Dibajak, tidak menghasilkan keuntungan, dan perlahan kehilangan motivasi untuk berkarya.

Salah satu objek hak cipta yang paling banyak mendapatkan pelanggaran adalah buku dalam bentuk pembajakan buku. Terlebih dengan perkembangan teknologi yang kian pesat, pembajakan buku tidak hanya dilakukan dalam versi cetak, tetapi juga dalam versi e-book. Bagaikan kolam penuh ikan buas, dunia pembajakan buku kini dipenuhi mereka yang lapar akan keuntungan tanpa peduli jerih payah penulis.

Di balik maraknya tindakan kriminal ini, justru suara korban—para penulis—jarang tersorot. Lewat artikel ini, mereka memiliki tempat untuk dapat menyampaikan keluhan terhadap atas hak mereka yang dirampas. 


Ratih Kumala — Penulis Buku Gadis Kretek

Bagi Ratih, pembajakan buku adalah aksi pembodohan yang berkedok pemintaran, merusak ekosistem literasi, dan mengkhianati kerja keras para penulis serta seluruh pihak yang terlibat. Ratih yakin penting bagi sebuah bangsa untuk menciptakan kesadaran kolektif bahanya buku bajakan. 


Brian Khrisna — Penulis Buku Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati

Menurut penulis “Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati” ini, pembajakan adalah tumpahan oli yang buat tanah jadi rusak dan akar literasi mandek tak lagi bisa tumbuh dengan ajek. Bagi Brian, pembajakan adalah alah satu perang di mana yang menang adalah pihak yang jahat. Sedangkan yang kalah? penulis dan pembaca.


Puty Puar — Penulis Buku Empowered Me (Mother Empowers)

Puty percaya bahwa buku itu bukan semata-mata produk saja, tetapi manifestasi pikiran, waktu, pengalaman hidup, dan riset yang diolah dengan rasa cinta. Pembajakan buku merusak ekosistem buku dari hulu ke hilir. Jika dibutuhkan akses lebih untuk literasi, kita punya perpustakaan umum—pembajakan buku bukan solusi yang tepat.


Boy Candra — Penulis Buku Malik dan Elsa

Boy Candra berpendapat bahwa buku itu melibatkan banyak pekerja dan para pekerja tersebut memiliki hak dalam satu buku. Jika kamu membeli buku bajakan maka secara langsung kamu berutang kepada hak pekerja buku. Oleh karena itu, beli lah buku asli agar hak para pekerja buku dapat terpenuhi dan ekosistem buku jauh lebih sehat.


Menyadari masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap karya orisinal, Gramedia bekerja sama dengan Kementerian Hukum RI meluncurkan kampanye #LiterasiKaryaAsli. Melalui kampanye ini, Gramedia bersama Kementerian Hukum dan HAM RI akan menindak tegas toko-toko yang menjual buku bajakan serta menggencarkan gerakan untuk membeli buku orisinal.

Pembajakan buku bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau penulis semata. Kita semua memiliki peran dalam memberantas tindakan kriminal ini. Dukung karya orisinal, hargai hak penulis, penerbit, dan seluruh pihak yang terlibat di dalamnya. Ikuti @gwrf.id di Instagram untuk dukung karya orisinal penulis favoritmu dan tingkatkan literasi Indonesia—mulailah dari dirimu sendiri.