10 Kesalahan Umum Fresh Graduate Saat Mencari Kerja dan Cara Menghindarinya

15 May 2025
10 Kesalahan Umum Fresh Graduate Saat Mencari Kerja dan Cara Menghindarinya
10 kesalahan yang sering dilakukan oleh Fresh Graduate saat mencari kerja

Menapaki dunia kerja bagi seorang fresh graduate ibarat membuka lembaran baru dalam buku kehidupan—penuh semangat, harapan, dan juga tanda tanya. Di tengah gegap gempita persaingan dan arus industri yang terus berubah, langkah pertama sering kali terasa ragu. Tidak sedikit yang tersandung oleh kesalahan-kesalahan kecil, yang diam-diam menjauhkan mereka dari peluang terbaik.

Namun jangan khawatir, setiap perjalanan hebat selalu dimulai dengan kesiapan untuk belajar. Mengenali jebakan-jebakan umum dalam proses mencari kerja bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk keberanian untuk tumbuh. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri sepuluh kesalahan yang kerap dilakukan para lulusan baru—dan lebih penting lagi, cara bijak untuk menghindarinya. Karena setiap langkah kecil yang tepat, bisa membawamu lebih dekat pada karier impian.

Berikut ini adalah sejumlah kesalahan umum yang sering dilakukan oleh para fresh graduate saat mencari kerja. Penting untuk kamu pelajari agar tidak salah langkah dan bisa lebih siap dalam menapaki dunia profesional.

Mengirim CV yang Tidak Relevan 

Salah satu kesalahan yang sering dilakukan saat melamar kerja adalah mengirimkan CV yang terlalu umum dan tidak disesuaikan dengan posisi yang dilamar. Padahal, perusahaan mencari kandidat yang relevan dengan kebutuhan mereka. Oleh karena itu, penting untuk selalu menyesuaikan isi CV dengan deskripsi pekerjaan yang dituju. Gunakan kata kunci yang sesuai dengan posisi tersebut dan usahakan mencantumkan pencapaian yang konkret dan terukur. Saat ini, tersedia banyak template CV di berbagai platform yang bisa dimanfaatkan. Namun, yang terpenting adalah memastikan bahwa isi CV kamu benar-benar sesuai dengan posisi yang dilamar.

Tidak Mempersiapkan Diri untuk Wawancara

Wawancara kerja bukan hanya soal memberikan jawaban, tetapi juga kesempatan untuk menunjukkan motivasi dan kemampuan yang kamu miliki. Banyak lulusan baru gagal dalam tahap ini karena kurang persiapan, tidak melakukan riset tentang perusahaan, atau bahkan tidak memahami posisi yang mereka lamar. Beberapa kandidat menganggap bahwa wawancara cukup dengan "asal bicara" atau "yang penting menjawab", padahal pendekatan seperti itu bisa merugikan jika tidak dibarengi dengan strategi yang tepat.

Disarankan untuk melakukan latihan wawancara, atau paling tidak mempelajari metode menjawab seperti teknik STAR (Situation, Task, Action, Result), SOAR (Situation, Obstacle, Action, Result), dan PAR (Problem, Action, Result). Dengan menguasai teknik-teknik ini, kamu bisa menyusun jawaban dengan lebih terstruktur dan logis di mata recruiter. 

Meremehkan Pentingnya Soft Skills

Lulusan baru seringkali terlalu menitikberatkan pada hard skill atau pencapaian akademis. Padahal, ada keterampilan lain yang tak kalah penting meskipun sulit diukur, yaitu soft skill. Dalam dunia kerja, kemampuan seperti komunikasi, kerja sama tim, dan manajemen waktu sangat dihargai oleh perekrut. Untuk menunjukkan soft skill ini, kamu bisa mencantumkannya dalam CV melalui pengalaman organisasi atau magang yang menggambarkan kemampuan tersebut secara nyata. 

Mengabaikan Personal Branding 

Di era digital saat ini, banyak recruiter memanfaatkan media sosial dan LinkedIn untuk mengenal calon kandidat lebih dalam. Di sejumlah perusahaan, aktivitas ini bahkan menjadi bagian dari proses rekrutmen yang dikenal sebagai background checking. Pada tahap ini, recruiter akan meninjau akun media sosial yang kamu miliki, serta mengevaluasi pengalaman kerja atau magang sebelumnya. Oleh karena itu, memiliki profil LinkedIn yang terstruktur dan aktif sangat penting untuk menampilkan citra profesional. Pastikan juga jejak digital dan riwayat karier mu mencerminkan kepribadian yang positif, agar tidak menghambat proses seleksi.  

Terlalu Memilih Pekerjaan Pertama

Mengejar pekerjaan impian memang merupakan hal yang penting, namun bersikap terlalu pemilih justru bisa membuatmu melewatkan banyak peluang berharga untuk belajar dan berkembang. Banyak orang percaya bahwa jika kamu memulai dari pekerjaan yang tidak sejalan dengan passion, besar kemungkinan karier berikutnya akan tetap berada di jalur yang sama. 

Meski begitu, ada berbagai cara untuk tetap mengejar pekerjaan impianmu. Misalnya, dengan mengambil pekerjaan sambil menjalani freelance yang sesuai dengan passion. Anggaplah pekerjaan pertamamu sebagai batu loncatan untuk memperluas pengalaman dan membangun koneksi yang akan membantumu mencapai tujuan karier jangka panjang. 

Tidak Bertanya Saat Interview

Wawancara bukan hanya tentang menjawab, tapi juga tentang bertanya. Biasanya, di akhir sesi wawancara, interviewer mu akan mempersilahkan dirimu untuk bertanya. Jika kamu memilih untuk tidak menanyakan apapun, hal ini bisa menunjukkan bahwa kamu kurang tertarik dengan posisi dan perusahaan tempatmu melamar. 

Kamu bisa tanyakan tentang budaya kerja di perusahaan tersebut, tantangan pada posisi yang kamu lamar, ekspektasi user pada posisi yang kamu lamar, atau peluang pengembangan diri di perusahaan tersebut. Dengan menyampaikan pertanyaan tersebut, kamu juga akan jauh lebih mengenal bagaimana calon perusahaan tempat kamu akan bekerja.  

Mengandalkan Satu Sumber Lowongan 

Saat ini tersedia berbagai platform untuk mencari dan melamar pekerjaan, seperti LinkedIn, Glints, Jobstreet, Kalibrr, hingga situs karier resmi milik perusahaan. Sebaiknya, jangan hanya mengandalkan satu platform saja. Manfaatkan seluruh saluran yang tersedia untuk memperluas peluangmu. Bahkan, media sosial pribadi pun bisa dimanfaatkan untuk mencari lowongan kerja. 

Banyak perusahaan yang kini memiliki akun media sosial khusus untuk membagikan informasi lowongan, misalnya Gramedia yang rutin mengunggah info lowongan melalui Instagram @loker_gramedia dan situs resmi gramedia.id setiap minggunya. Semakin luas jangkauan pencarianmu, semakin besar pula kemungkinan kamu akan mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.

Tidak Memiliki Tujuan Karier Jelas

Tak sedikit fresh graduate yang cenderung mengirimkan banyak lamaran sekaligus, namun dokumen yang dikirim tidak relevan dengan posisi yang dituju. Fenomena ini cukup sering ditemukan oleh recruiter. Akan jauh lebih baik jika kamu meluangkan waktu untuk mengenali minat, kelebihan, dan tujuan karier jangka panjangmu terlebih dahulu. Dengan begitu, proses pencarian kerja akan menjadi lebih terarah. 

Takut Mencoba Hal Baru

Takut mencoba hal baru adalah perasaan yang wajar, terutama bagi fresh graduate yang baru memasuki dunia kerja. Namun, jika dibiarkan, rasa takut ini bisa menjadi penghambat utama dalam meraih potensi terbaikmu. Padahal, dunia kerja sejatinya adalah ruang pembelajaran yang luas, di mana setiap tantangan bisa menjadi batu loncatan untuk tumbuh dan berkembang. 

Jangan takut untuk mengambil peluang, meskipun itu di luar jurusan atau rencana awal kariermu. Cobalah posisi yang baru, ikuti pelatihan, hadiri seminar, atau perluas jaringan melalui komunitas dan media sosial profesional. Setiap pengalaman—baik maupun buruk—akan membentuk kemampuanmu, membangun kepercayaan diri, dan memperluas pandangan tentang dunia profesional. Ingatlah, banyak orang sukses memulai dari ketidaktahuan, namun mereka mau belajar dan berani mencoba. Maka dari itu, buka dirimu untuk kemungkinan baru, karena di sanalah peluang besar menantimu.

Tidak Belajar Skill Baru 

Proses mencari pekerjaan memang penuh dengan ketidakpastian yang memicu perasaan campur aduk seperti gelisah, cemas, dan overthinking. Salah satu cara efektif untuk mengelola perasaan tersebut adalah dengan mencoba mempelajari skill baru. Aktivitas ini bermanfaat untuk mengisi waktu luang secara produktif dan membantu menjauhkan diri dari pikiran negatif yang bisa menghambat semangat dan fokusmu. 

Jika merasa mempelajari skill baru terlalu berat, kamu juga bisa memilih untuk memperdalam keterampilan yang sudah kamu kuasai. Dengan itu, kamu akan menjadi lebih percaya diri dan siap menghadapi berbagai tahapan dalam proses rekrutmen. Selain itu, penguasaan skill yang baik juga akan sangat mendukung kinerjamu ketika sudah mulai bekerja nanti.

Memasuki dunia kerja memang penuh tantangan—dari mencari pekerjaan yang sesuai, menghadapi wawancara, hingga beradaptasi di lingkungan kerja baru. Namun, dengan persiapan yang matang, kemampuan untuk terus belajar, dan sikap yang terbuka terhadap perubahan, kamu bisa melalui setiap prosesnya dengan lebih percaya diri dan tenang. Persiapkan dirimu dengan memperkuat skill, memperluas koneksi, serta memperbaiki profil profesionalmu, baik di CV maupun di platform seperti LinkedIn. 

Perlu diingat, membangun karier bukanlah perlombaan cepat yang harus dimenangkan secepat mungkin. Sebaliknya, ia adalah sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan ketekunan, konsistensi, serta strategi yang tepat. Ada kalanya kamu merasa tertinggal atau menghadapi kegagalan, namun semua itu adalah bagian dari proses tumbuh. Jangan terlalu keras pada diri sendiri jika belum mencapai apa yang kamu harapkan dalam waktu singkat. Fokuslah pada kemajuan kecil setiap harinya, karena dari situlah pondasi karier yang kuat akan terbentuk. Jadikan setiap langkah sebagai pelajaran, dan teruslah melangkah dengan semangat serta keyakinan bahwa jalanmu akan semakin jelas seiring waktu.