#LiterAsik - Pernah nggak, Grameds, niat hati buka ponsel untuk rehat sejenak dari penat, tiba-tiba sudah dua jam terlewati? Kadang tanpa sadar, kita terbawa arus scrolling media sosial, tenggelam dalam video pendek, atau sibuk membalas chat yang terus berdatangan. Di era digital ini, internet memang jadi teman setia, tetapi kita tetap perlu bijak agar tak terjebak dalam “jebakan batman” dunia maya.
Nah, di sinilah pentingnya literasi digital, kemampuan untuk memahami, menilai, dan menggunakan teknologi secara cerdas supaya waktu kita di dunia maya tetap bermanfaat, bukan sebaliknya.
Istilah literasi digital dipopulerkan oleh Paul Gilster pada 1997 melalui salah satunya bukunya yang berjudul Digital Literacy. Menurutnya, literasi digital berarti kemampuan untuk memahami dan memanfaatkan berbagai bentuk informasi dari beragam sumber dengan bantuan teknologi digital.
Literasi digital tak hanya perlu Grameds ketahui, tetapi perlu terus diasah karena literasi digital memiliki seribu manfaat untuk kehidupan sehari-hari kita, seperti meningkatkan kemampuan berpikir kritis, melindungi privasi daring, memperluas akses informasi, membuka peluang karir, dan sebagainya. Tanpa pemahaman dan kemampuan literasi digital yang baik, Grameds jadi tak mudah termakan hoaks, kehilangan fokus dan empati, bahkan kecanduan konten dengan scrolling terus-menerus.
Grameds tau nggak? Kegiatan scrolling terus-menerus tanpa tujuan itu terdapat sebutannya, lho. Bahkan, terdapat berbagai jenisnya juga, apa saja ya kira-kira?
Jenis-jenis Scrolling
Doomscrolling
Pernah tanpa sadar merasa marah ketika berlama-lama scrolling internet? Kemungkinan besar ini terjadi karena Grameds terlalu banyak mengonsumsi konten negatif. Keadaan ini lah yang disebut doomscrolling.
Terbawa suasana, Grameds terus menggali lubang berisi informasi negatif yang buat kamu terjerat dan semakin percaya akan kebenarannya.
Zombie Scrolling
Zombie sering dibilang seperti mayat hidup: tubuhnya bergerak, tetapi jiwanya hilang. Dengan kata lain, hidup tanpa tujuan bermakna. Zombie scrolling berarti seseorang scrolling terus-menerus tanpa arah, berpindah dari satu konten ke konten lain.
Dari konten memasak, cara merakit komputer, lalu tiba-tiba konten senam SKJ, otak Grameds bekerja secara pasif. Ia menyerap apapun yang Grameds lihat dan dengar lewat layar, hingga pelan-pelan akan buatmu kehilangan arah dan fokus.
Death Scrolling
Jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi. Grameds tau harus segera tidur, tetapi internet buat Grameds berpikir sebaliknya. “Tanggung, satu video lagi,” lalu tanpa sadar, jarum jam sudah berada di angka 3.
Death scrolling adalah “penyakit” digital yang sering kita alami, ketika jari terus scrolling layar walaupun mata, tubuh, dan otak sudah memohon untuk istirahat. Siapa yang sering seperti ini, Grameds?
Ruang digital, khususnya media sosial, memang menyenangkan untuk mencari hiburan instan. Namun, segala hal yang berlebihan tentunya tidak baik nih, Grameds. Yuk, bijak gunakan ruang digital dengan memahami literasi digital. Artinya, bukan hanya tahu cara menggunakan media sosial, tetapi juga paham cara memilah informasi, menghargai privasi, dan menjaga keamanan data pribadi agar Grameds tak terjerat di lautan informasi.
Mari, mulai perjalananmu di dunia literasi dengan bergabung ke komunitas GWRF, komunitas untuk para pecinta literasi berdiskusi, berkumpul, dan berkoneksi di ruang digital melalui Instagram @gwrf.id!