Garut, yang dijuluki Swiss van Java karena panorama pegunungannya yang memukau, kembali menjadi ruang pertemuan hangat bagi ide dan perayaan budaya. Tahun ini, Kabupaten Garut dipercaya menjadi tuan rumah Pesta Literasi Indonesia 2025 dengan mengusung tema “Cerita Khatulistiwa.”
Di balik keramahan warganya, jejak sejarah, dan pesona Gunung Cikuray serta Papandayan, Garut menjadi tempat yang tepat untuk merayakan kisah-kisah dari berbagai penjuru negeri. Pesta Literasi Indonesia bukan sekadar ajang membaca dan menulis, tetapi juga ruang dialog, kreativitas, dan perlawanan melalui karya.
Bekerja sama dengan komunitas Sadar Setara, Pesta Literasi ini akan berlangsung pada hari Sabtu, 13 September 2025, di Kopi Jaya, Garut. Ada dua sesi utama yang akan memantik diskusi dan kreativitas kita.
Diskusi: Merdeka di Tanah Sendiri
Poster resmi diskusi panel Pesta Literasi Indonesia 2025 di Garut.
Salah satu rangkaian utama adalah diskusi publik bertajuk Merdeka di Tanah Sendiri yang akan digelar pada:
Hari : Sabtu, 13 September 2025
Waktu : 09.00–12.00 WIB
Lokasi : Kopi Jaya, Jl. Letjen Ibrahim Adjie, Sirnajaya, Tarogong Kaler, Garut
Diskusi ini menghadirkan Cyntha Hariadi, Wawan Kurniawan, dan Firda Marsya Kurnia (Marsya VoB) dengan Jessica Syafaq Muthmaina sebagai moderator.
Tema ini mengajak publik menelusuri perjalanan hak asasi manusia di Indonesia, dari kisah Munir hingga pergulatan masyarakat peranakan Tionghoa, serta tantangan kebebasan berekspresi yang masih dihadapi. Melalui dialog, peserta diajak memaknai kembali bahwa setiap orang berhak merasa aman, diakui, dan hidup bermartabat di tanah airnya sendiri.
Daftar di sini: bit.ly/PESLITGRT_Merdeka
Workshop: Belajar Membuat Zine
Poster resmi Workshop: Belajar Membuat Zine bersama Raws Syndicate.
Selain diskusi, peserta juga dapat mengikuti workshop kreatif:
Hari : Sabtu, 13 September 2025
Waktu : 13.00–14.30 WIB
Lokasi : Kopi Jaya, Jl. Letjen Ibrahim Adjie, Sirnajaya, Tarogong Kaler, Garut
Sesi kedua menawarkan pengalaman praktis dalam dunia literasi alternatif. Peserta akan belajar membuat zine (mini magazazine) bersama Raws Syndicate, suatu kesempatan untuk mengekspresikan ide dan kreativitas dalam format publikasi independen yang unik. Lokakarya ini akan dipandu oleh Fitriana Rizkia, seorang mahasiswi S-2 yang memiliki pandangan unik tentang riset dan dialog.
Workshop ini memberikan keterampilan praktis sekaligus membuka wawasan tentang media alternatif sebagai sarana penyebaran literasi dan pemikiran kritis.
Daftar di bit.ly/PESLITGRT_Zine
Lineup Narasumber yang Menginspirasi
Pesta Literasi Indonesia 2025 menghadirkan deretan narasumber berkualitas dari berbagai latar belakang:
Cyntha Hariadi
Cyntha Hariadi adalah penulis puisi dan prosa kelahiran Tangerang, Banten. Karya-karyanya yang telah terbit yaitu Ibu Mendulang Anak Berlari, Manifesto Flora, Kokokan Mencari Arumbawangi, Mimi Lemon, dan buku puisi terbarunya, CICA.
Wawan Kurniawan
Wawan Kurniawan menulis puisi, cerpen, esai, dan novel, serta menerjemahkan beberapa karya. Beberapa karyanya yang telah terbit yaitu kumpulan puisi Persinggahan Perangai Sepi (2013), Sajak Penghuni Surga (2017), dan Museum Kehilangan (2020); kumpulan esai Sepi Manusia Topeng (2020), Jorge Luis Borges, Realisme Magis, dan Filsafat (2022); serta kumpulan cerpen Aku Mengeong (2021). Salah satu karyanya menjadi Novel Pilihan Unnes International Novel Writing Contest 2017 dan terbit pada 2025 dengan judul Seratus Tahun Kebisuan. Dia diundang sebagai emerging writer di Makassar International Writers Festival (MIWF) 2015 dan Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2025.
Firda Marsya Kurnia
Firda Marsya Kurnia yang populer sebagai Marsya VoB lahir di Garut pada 28 Juni 2000. Pada 2014, saat masih bersekolah, dia turut membentuk Voice of Baceprot (VoB), grup musik metal yang semua anggotanya adalah perempuan, bersama temannya, Sitti VoB dan Widi VoB. Marsya adalah vokalis, gitaris, sekaligus penulis lirik lagu yang konsisten menyuarakan perlawanan perempuan terhadap stereotipe dan stigma, juga berbagai kritik sosial melalui karya-karya yang mendobrak batasan, tetapi tetap setia pada visi artistiknya.
Jessica Syafaq Muthmaina
Jessica Syafaq Muthmaina adalah pendiri Sadar Setara, kolektif feminis yang berbasis di Garut. Melalui Sadar Setara, dia menginisiasi Aksi Kamisan dan peringatan International Women’s Day pertama di Garut. Ketika masih aktif sebagai mahasiswa, Jessica bersama teman-teman KBK Fisika Teoretis dan Komputasi membangun Ruang Postulat—sebuah tempat aman menalar semesta—dan berproses di BPPM Balairung yang menjadi landasan kuat aktivismenya. Berbekal latar belakang Fisika UGM dan kini menempuh magister Astrofisika di University of Padova, Italia, misi Jessica adalah memperkuat perlawanan feminis dengan riset dan storytelling yang memberdayakan serta kerja komunitas yang inklusif.
Fitriana Rizkia
Fitriana Rizkia adalah mahasiswi S-2 yang percaya bahwa solusi setiap masalah bisa ditemukan melalui riset dan dialog. Latar belakangnya sebagai lulusan Pendidikan Ekonomi UPI dan pengalamannya sebagai Asisten Dosen dan Asisten Lab Ekonometrika telah membentuk cara pandangnya dalam mengamati berbagai isu. Bagi Fitriana, riset bukan hanya soal angka, tapi juga tentang memahami dinamika yang terjadi di masyarakat. Di luar jam studi, dia gemar bersepeda dan kini sedang antusias mengejar target elevasi di Strava.
Merayakan Literasi di Garut
Pesta Literasi Indonesia 2025 di Garut bukan hanya perayaan kata, melainkan juga perayaan keberanian untuk bersuara, berkarya, dan membangun ruang bersama yang lebih adil dan inklusif.
“Literasi bukan sekadar membaca buku, melainkan keberanian menyuarakan cerita, mempertanyakan realitas, dan merayakan keberagaman,” ungkap penyelenggara.
Acara ini terbuka untuk masyarakat luas, terutama warga Garut dan sekitarnya. Mari berkumpul, berbagi pengalaman, dan merayakan literasi di jantung Priangan Timur.
Catat tanggalnya, dan jangan lewatkan pertemuan istimewa ini. Sampai jumpa di Garut!