PCINU Tiongkok Sambangi Banda Aceh, Gelar Seminar dan Bedah Buku 'Santri Indonesia di Tiongkok'

19 March 2024
PCINU Tiongkok Sambangi Banda Aceh, Gelar Seminar dan Bedah Buku 'Santri Indonesia di Tiongkok'
PCINU Tiongkok dan FDK UIN Ar-Raniry menggelar Seminar "Santri Indonesia di Tiongkok" (19/3/2024), membahas pengalaman belajar di Tiongkok.

Banda Aceh, 19 Maret 2024 — “Bǎi wén bù rú yī jiàn, mendengarkan seratus kali, akan kalah dengan menyaksikan sendiri meski hanya sekali” Ucap Yudil Chatim, Atase Pendidikan KBRI Beijing dalam sambutannya pada Roadshow Seminar dan Bedah Buku “Santri Indonesia di Tiongkok” dan Pameran Foto Jejak Islam di Tiongkok yang dihelat PCINU Tiongkok Kerjasama dengan FDK UIN Ar-Raniry Banda Aceh pada Selasa (19/3/2024) kemarin. “Jika kita tidak melihat langsung, maka kita akan mudah terjebak misinformasi dan salah persepsi, Seeing is believing” tambahnya.

Selain seminar, juga dilakukan penandatanganan kerjasama antara PCINU Tiongkok dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh.

Dekan FDK, Prof Dr Kusmawati Hatta dalam sambutannya menyatakan bahwa belajar di Tiongkok merupakan hal yang istimewa. PCINU diharapkan dapat menjadi pintu terbuka bagi para mahasiswa, khususnya mahasiswa FDK UIN Ar-Raniry, untuk belajar di Tiongkok dan mendapatkan pengalaman berharga di sana. Hal ini diharapkan dapat melahirkan banyak program-program kegiatan yang bermanfaat bagi mahasiswa Indonesia, khususnya mahasiswa FDK UIN Ar-Raniry.

Dalam sambutan PCINU Tiongkok, yang diwakili oleh M. Hasim Habibil, menyampaikan bahwa program Nihao Ramadhan telah berlangsung selama empat tahun sejak tahun 2000. Tahun ini berupaya dilakukan full secara luring dan diadakan di beberapa titik di Indonesia, dan Aceh menjadi titik kedua setelah Jawa Tengah.

“Tujuannya adalah  untuk menyambung silaturahim. Tujuan kedua dari program ini adalah sebagai tanggung jawab kami, bahwa kami studi, belajar, S1, S2, S3 di Tiongkok itu oleh-olehnya gak kami simpan sendiri. Kami tulis dan ceritakan sebagian kecil melalui buku ini. Sejauh ini kami sudah menerbitkan 1500 buku,” Jelasnya.

 

PCINU Tiongkok pertama kali berdiri pada tanggal 20 Agustus 2017 di kota Malang. Pada saat itu, jumlah santri di Tiongkok masih sedikit, terutama dibandingkan dengan sebelum tahun 2015.

“Pasca 2015, saya menyaksikan pertumbuhan terkait dengan halal dan keislaman itu cukup luar biasa. Apalagi banyak WNI Indonesia yang berkuliah di sana. Potensi inilah yang saat ini resmi membentuk PCINU Tiongkok 2017, 2018 kami mencoba mengumpulkan teman-teman untuk bisa menceritakan pengalamannya di daerah masing-masing untuk menulis, dan kami kompilasi dan buku itu terkumpul dan dicetak pertama di 2019,” Ujar Ahmad Syaifuddin Zuhri selaku Rois Syuriyah PCINU Tiongkok.

 

Pada awal 2023, buku ini diterbitkan ulang dengan beberapa update terbaru dalam edisi kedua yang bekerjasama dengan penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). Ada total 27 penulis dalam buku ini.

Salah satu Dosen Program Studi (Prodi) Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), sekaligus juga kritikus buku, Dr Fahri mengungkapkan kekagumannya terhadap buku tersebut. Menurutnya, selama ini santri sering distereotipkan sebagai orang yang tidak modern, kuno, kampungan, dan tidak mengerti apa-apa. Namun, buku ini menunjukkan bahwa santri telah memiliki posisi yang luar biasa.

Fahri juga mengomentari isi buku tersebut. Ia tertarik dengan topik toleransi di Tiongkok. Menurutnya, Tiongkok memiliki 58 suku dan konstitusi negara tersebut menganut politik persamaan bangsa atau etnis. Hal ini berarti tidak ada diskriminasi antara suku besar dan kecil. Fahri juga membahas peraturan di Tiongkok yang membatasi satu keluarga hanya boleh memiliki satu anak. Akan tetapi aturan ini tidak berlaku bagi suku minoritas seperti suku Hui Muslim, Uighur dan lainnya.

Seminar yang dihadiri 200 peserta lebih ini memantik antusiasme tinggi. Intan, Mahasiswa FDK UIN Ar Raniry  salah satunya, mengungkapkan, dia mendapat cukup banyak pencerahan terkait kehidupan muslim di negeri komunis Tiongkok yang sangat menarik dari pembicara. Berbeda dengan apa yang banyak ia baca di media-media barat terkait persepsi negatif terhadap Tiongkok dan muslim selama ini.