Roadshow Seminar dan Diskusi Buku “Santri Indonesia di Tiongkok”

26 March 2024
Roadshow Seminar dan Diskusi Buku “Santri Indonesia di Tiongkok”
PCINU Tiongkok dan UIN Sunan Kalijaga mengadakan Seminar "Santri Indonesia di Tiongkok" (25/3/2024), membahas pendidikan dan peluang beasiswa di Tiongkok.

Yogyakarta, 26 Maret 2024 — Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok dan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga menyelenggarakan Roadshow Seminar dan Diskusi Buku "Santri Indonesia di Tiongkok" pada 25 Maret 2024 di Convention Hall Lantai 2 Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Dekan Fakultas Adab dan Budaya UIN Sunan Kalijaga, Prof. Muhammad Wildan, mengajak mahasiswanya untuk banyak belajar tentang Tiongkok baik dari narasumber langsung maupun dari buku seperti "Santri Indonesia di Tiongkok"."Ini buku yang menarik, buat adik-adik mahasiswa yang mau menempuh pendidikan disana jadi tahu kondisi sebenarnya di sana terutama yang muslim. Kalau kita nyaman, tentunya akan menjadikan semangat," ucap Prof Wildan.

Edisi kedua buku "Santri Indonesia di Tiongkok", yang bekerjasama dengan penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) dan memiliki total 27 penulis, telah diterbitkan ulang pada awal 2023 dengan beberapa pembaruan terbaru.

 

Roadshow Seminar dan Diskusi Buku “Santri Indonesia di Tiongkok” ini merupakan rangkaian kegiatan program tahunan Nihao Ramadhan 2024, diadakan di 6 kota yakni Kendal, Banda Aceh, Pontianak, Yogyakarta, Indramayu, dan Mataram, oleh PCINU Tiongkok dalam rangka menyemarakkan hari lahir ke 101 Nahdlatul Ulama.

Pada kegiatan tersebut, para narasumber berbagi ilmu, pengalaman, dan nilai-nilai yang mereka dapatkan sebagai santri yang telah menempuh pendidikan di Tiongkok. Dengan harapan, dapat membuka pintu atau memberi gambaran bagi para santri, mahasiswa, atau siapa pun yang ingin menempuh pendidikan di negeri Tiongkok, seperti sebuah kutipan hadis yang disampaikan oleh salah satu narasumber yaitu, "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China."

Meskipun terdapat perdebatan apakah kalimat "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China" merupakan hadis atau bukan, kalimat tersebut telah menjadi memori kultural bagi umat Islam yang menegaskan posisi penting China di masa lalu sehingga bisa muncul kalimat tersebut.

Menanggapi hal itu, Wakil Rois Syuriah PCINU Tiongkok, Budy Sugandi, Ph.D., menegaskan bahwa kalimat "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China" merupakan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman nomor 1612. "Tentang mencari ilmu ke negeri China itu memang Hadits, Buya Said Aqil Siradj juga pernah menyampaikan kala itu," ucap Budy.

Budy juga menyampaikan bahwa ia mengamati dari berita-berita dan masyarakat bahwa terdapat semangat yang seimbang antara pemerintah dalam menjalankan profesionalisme untuk memberikan kebijakan-kebijakan, termasuk ketika membicarakan riset. Ia menambahkan bahwa di China terdapat prioritas untuk berkolaborasi melakukan semacam pentahelix antara pemerintah, kampus, dan masyarakat.

Senada hal itu dosen Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, Moh Khoerul Anwar, Ph.D., menambahkan beberapa perbedaan China dan Indonesia. Ia menjelaskan bahwa orang China menganggap semakin tinggi pendidikan anaknya, maka mereka semakin sukses. Meskipun orang tuanya dari kalangan biasa, seperti sopir dan ibu rumah tangga, mereka tetap akan menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin, karena China sangat mengagungkan pendidikan.

Menurut Rois Syuriah PCINU Tiongkok, Ahmad Syaifuddin Zuhri, SIP, LLM, pada data tahun 2019, tercatat setengah juta pelajar Indonesia yang mengejar pendidikan di China. Sebagian dari mereka menggunakan jalur mandiri, sementara yang lain memperoleh beasiswa, terutama untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia.

 

Peserta yang tergabung dalam acara ini meliputi mahasiswa dari berbagai universitas dan jurusan, santri, serta lembaga profesional. Melalui acara ini, diharapkan dapat terus terjalin dialog yang membuka pemahaman yang lebih luas dan memperkuat hubungan antara Indonesia dan Tiongkok dalam konteks pendidikan, sejarah, budaya, dan keislaman.