“Introducing: Gramedia Jalma” – Ketika Toko Buku Kembali Menjadi Ruang Hidup

07 July 2025
“Introducing: Gramedia Jalma” – Ketika Toko Buku Kembali Menjadi Ruang Hidup
Kehadiran Gramedia Jalma sebagai ruang publik yang berpihak pada manusia, literasi, dan kreasi.

Jakarta, 4 Juli 2025 — Di tengah kota yang kian padat dan ruang bersama yang kian sempit, percakapan dan pertemuan perlahan kehilangan tempatnya. Dalam kekosongan itu, Gramedia Jalma hadir sebagai upaya mengembalikan toko buku sebagai ruang publik yang hidup, relevan, dan bermakna—sekaligus mengajak kita untuk kembali ke toko buku sebagai ruang perjumpaan yang sesungguhnya.

Berlokasi di jantung Blok M, Gramedia Jalma memperluas fungsi toko buku menjadi cultural hub—tempat membaca, berdiskusi, mencipta, dan berjejaring. Lebih dari sekadar rak-rak buku, Jalma menghadirkan ruang-ruang yang mengundang manusia untuk melambat, meresapi ide, dan bertemu. Di sinilah literasi berpadu dengan seni, musik, film, dan ekspresi kreatif lainnya.

Peluncuran “Introducing: Gramedia Jalma” dibuka dengan diskusi lintas disiplin yang dipandu oleh Tabiat Group, kolektif kreatif anak muda berbasis di Blok M yang aktif membangun percakapan seputar ruang, kota, dan kebudayaan melalui pendekatan komunitas dan kolaborasi. Diskusi ini menyoroti bagaimana toko buku dapat kembali menjadi simpul budaya kota yang kontekstual dan terbuka untuk kolaborasi lintas bidang.

Talk Show Bersama Narasumber Inspiratif di Gramedia Jalma.

Immaculata Adhista, mewakili Gramedia Jalma, menyampaikan, “Kami ingin membangun tempat di mana buku, percakapan, dan komunitas bersinergi. Jalma adalah toko buku yang terbuka, interaktif, dan manusiawi—menghadirkan pengalaman literasi yang hangat dan inklusif.”

Jacob Gatot Sura, arsitek Gramedia Jalma sekaligus pendiri Kopi Aloo yang kini menjadi bagian dari kafe di dalam toko, menambahkan, “Dari sisi desain, kami ingin menciptakan suasana yang mengundang orang untuk berhenti sejenak—ruang yang nyaman tapi tidak pasif, estetis tapi tetap akrab. Kehadiran kopi menjadi elemen penting dalam pengalaman itu; bukan hanya sebagai minuman, tapi sebagai pemantik percakapan dan pertemuan.”

Dari sisi penerbitan, Nina Andiana, Manajer Departemen Fiksi dan Anak Gramedia Pustaka Utama (GPU), melihat Gramedia Jalma sebagai ruang yang memperpanjang usia sebuah karya dan sekaligus menumbuhkan pengalaman literasi lintas generasi, “Buku tak hanya hadir sebagai objek di rak, tapi sebagai awal percakapan. Di Jalma, karya bisa terus hidup—di antara komunitas, pembaca, dan budaya yang terus bergerak. Kami juga senang Jalma hadir sebagai ruang yang ramah keluarga dengan tersedianya reading pod khusus anak, yang memungkinkan literasi tumbuh sejak dini dalam suasana yang menyenangkan dan hangat.”

Sebagai bagian dari transformasi Gramedia yang telah memasuki usia ke-55 tahun, Gramedia Jalma menjadi simbol dari semangat #TumbuhBersama—berevolusi dari toko buku konvensional menuju ruang yang lebih relevan dengan ekosistem kreatif masa kini. Semangat ini juga hadir dalam proyek sebelumnya, Makarya, yang telah lebih dulu memperkenalkan bentuk toko buku baru yang terbuka dan kolaboratif. Meskipun berbeda bentuk dan lokasi, Jalma dan Makarya berbagi jiwa yang sama: menjadikan toko buku sebagai ruang hidup yang berpihak pada manusia, literasi, dan kreasi.

Setelah diskusi, acara dilanjutkan dengan lokakarya mini dan sesi jejaring bersama komunitas dari beragam latar—sastra, seni visual, musik, zine, dan film. Penampilan White Shoes and the Couples Company menutup hari dengan hangat. Lagu “Kisah dari Selatan Jakarta” menjadi harmoni yang mengikat cerita, ruang, dan kota.

Gramedia Jalma bukan sekadar toko buku. Ia adalah ruang hidup—tempat ide tumbuh, kolaborasi terjadi, dan keingintahuan dirawat.