#AuthorSpotlight — Banyak orang yang menikmati karya fiksi, baik buku maupun film. Hal ini bukan tanpa alasan, dunia fiksi adalah dunia saat semuanya memungkinkan. Sekilas, fiksi sering kali terasa seperti too good to be true—tidak mungkin terjadi di kehidupan nyata. Padahal, karya fiksi berangkat dari dunia nyata dan erat kaitannya dengan problematika yang dihadapi oleh masyarakat.
Kerap kali saat menikmati karya fiksi, kita turut belajar. Belajar dari pesan moral yang tidak hanya disampaikan lewat jalan cerita, tetapi juga lewat tokoh-tokohnya. Berikut adalah tokoh fiksi yang berhasil mengajarkan berharganya kesetiaan, harapan, dan perjuangan dalam kehidupan. Psstt… spoiler alert untuk kamu yang belum pernah menikmati karya fiksi ini ya.
Sore dari Film dan Series Sore: Istri dari Masa Depan
“Kalau aku bisa hidup 1000 kali. Kuharap aku bisa selalu milih kamu”
Sore, Sore: Istri dari Masa Depan
Karakter cantik dari film yang sedang ramai dibicarakan ini merupakan definisi dari kesetiaan, harapan, dan perjuangan. Bagaimana tidak, Sore menunjukkan kesetiaannya dengan Jo, sang suami, dengan berusaha membuatnya menjadi orang yang lebih baik.
Segala usaha dilakukan Sore, segala harapan ditanamkan ke dalam dirinya agar dapat hidup lama bersama sang pujaan hati. Walau sempat bingung akan rasa ‘cinta’ atau ‘obsesi’ yang dirasakannya, Sore berhasil menemukan secercah cahaya untuk mengabulkan harapannya. Dari Sore, kita belajar bahwa mencintai seseorang juga berarti berani memperjuangkan, bahkan saat kenyataan dan waktu tidak selalu berpihak.
Biru Laut dari Laut Bercerita
“Matilah engkau mati. Semoga engkau lahir berkali-kali”
Gala Pranaya, Laut Bercerita
Kembali ke Indonesia semasa 90-an, Laut bersama teman-temannya berjuang menghadapi berbagai tantangan dan tekanan untuk mewujudkan reformasi Indonesia. Harapan dan perjuangan yang ditunjukkan oleh Laut seimbang, dengan harapan besar untuk negeri ini—ia juga berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkannya.
Lewat Laut dalam Laut Bercerita, kamu akan sekali lagi diingatkan oleh perjuangan masyarakat Indonesia saat reformasi 1998 lalu. Laut menunjukkan bagaimana suara-suara kecil yang bersatu bisa menjadi gelombang perubahan. Di balik Reformasi 1998, ada perjuangan dan pengorbanan yang tak boleh dilupakan.
Hiccup dari How To Train Your Dragon
Hiccup menunjukkan kesetiaannya yang mendalam kepada Toothless, naga kesayangannya, dengan berbagai aksinya. Seperti naga yang setia dengan pemiliknya, Hiccup membalas kesetiaan Toothless dengan memerjuangkan kawanan naga agar diterima oleh kaumnya, manusia.
Pada awal film ditunjukkan bahwa manusia membenci naga dan menganggapnya tidak lebih dari binatang. Namun lewat kepercayaan dan empati yang diberikan Hiccup kepada Toothless—dan berikutnya, kawanan naga secara luas. Hiccup berhasil membuat kaum manusia dan naga hidup berdampingan, sesuai seperti harapannya.
Ale dari Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati
Tokoh satu ini definisi sesungguhnya dari harapan. Ale didiagnosis depresi (DDS), ia merasa tidak diterima dan dihargai di lingkungan. Ketika Ale memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, ia berencana menyantap mie ayam favoritnya untuk yang terakhir kalinya. Namun naas, takdir berkata lain—mie ayam favoritnya itu tutup.
“Kunci untuk bertahan hidup bukanlah selalu berpikir positif, tetapi mempunyai kemampuan untuk menerima.”
Ale, Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati
Tak bertemu mie ayamnya, Ale justru dipertemukan dengan berbagai karakter lain yang rupanya berbagi keresahan serupa dengan Ale. Pertemuan dengan tiap karakter baru memberi secercah harapan baru untuk Ale. Ale menemukan harapan untuk tetap hidup, menemukan betapa berharganya kehadiran orang lain—terkoneksi dengan orang lain, dan yang terpenting, belajar menerima dirinya sendiri.
Carl dari Up
Film animasi legendaris ini juga mengajarkan kita makna mendalam di kehidupan. Ditinggal oleh sang istri, Carl menghabiskan masa tuanya sendirian dengan masih mengenang pujaan hati tiap harinya. Kesetiannya itu patut diacungi jempol, sampai-sampai ia memutuskan untuk menepati janjinya kepada sang istri untuk mengunjungi Paradise Falls.
Sepanjang perjalanannya, Carl mengalami petualangan yang tiada duanya. Ia mendapatkan harapan baru, harapan untuk membuka lembaran baru dalam hidupnya selepas ditinggalkan oleh sang pujaan hati. Carl berjuang melawan duka yang mendalam, lewat petualangannya Carl sadar bahwa hidup tidak berakhir walaupun orang terkasih sudah tiada.
Tokoh boleh fiktif, tetapi jiwanya selalu hidup
Kesetiaan, harapan, dan perjuangan merupakan bagian penting dari hidup yang membuat kita benar-benar merasa ‘hidup’. Tokoh fiktif berhasil mengingatkan kita untuk tidak melupakan hal tersebut dalam kehidupan. Meskipun tidak nyata, tetapi perasaan, pikiran, dan perilaku mereka sering kali mencerminkan kebiasaan masyarakat di dunia nyata. Karena itu, keberhasilan sebuah karya fiksi juga dapat dilihat dari seberapa relevan dan relatable tokohnya bagi pembaca.
Tokoh fiktif mana yang paling berkesan buat kamu, Grameds? Yuk mampir ke Instagram @gwrf.id dan diskusi lebih lanjut mengenai tokoh fiksi favorit kamu!