Innovation, Transformed.

Bersama Gramedia, menginspirasi Indonesia menuju masa depan yang cemerlang.

Who we are?

Gramedia berdiri pada tahun 1970, PT Gramedia Asri Media atau kerap dikenal menjadi Toko Gramedia merupakan salah satu unit bisnis strategis di bawah Kompas Gramedia Group.
55 Tahun
#TumbuhBersama masyarakat
3513 Pegawai
Di seluruh Indonesia
1700+ Buku
Tercetak di Indonesia selama tahun 2024
1000+ Events
Berhasil dilaksanakan
Temukan kisah dan perjalanan kami disini!

Terus berkembang melampaui batas, membentuk masa depan yang lebih cerah melalui brand.

PT Gramedia Asri Media atau Toko Gramedia merupakan salah satu unit bisnis strategis di bawah Kompas Gramedia Group yang berfokus pada bisnis ritel dengan buku, alat tulis, produk non-books sebagai produk utamanya. Selain itu, Gramedia juga bergerak di bidang pendidikan untuk kemajuan pengetahuan di nusantara.
Pelajari lebih lanjut tentang brand

Testimonials

Apa kata mereka tentang Gramedia?
Dr. Andreas
“Senang bisa collab dengan Penerbit Gramedia, karena bisa nerima ide-ide yang unik dari penulisnya!”
Dr. Andreas, Penulis
Brian Khrisna
“Sejak kecil, saya suka banget dateng ke Gramedia dan saya termotivasi kalo suatu saat buku saya harus ada di Gramedia, dan akhirnya bisa nerbitin buku di Gramedia.”
Brian Khrisna, Penulis
Yoyok
“Promexx sudah menjalin kerjasama dengan Gramedia lebih dari 20 tahun, dan selama menjalin kemitraan kedua belah pihak mendapat benefit yang bagus.”
Yoyok, Mitra Gramedia

Latest updates

See all
Hemat Boleh, Pelit Jangan: Kupas Tuntas Konsep Frugal Living
14 April 2025

Hemat Boleh, Pelit Jangan: Kupas Tuntas Konsep Frugal Living

Akhir-akhir ini, istilah “frugal living” semakin ramai dibicarakan oleh masyarakat Indonesia. Tren ini ramai digaungkan di media sosial seiring dengan rencana pemerintah untuk menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 12% menjadi 13%. 

Kekhawatiran akan meningkatnya biaya hidup membuat banyak orang mulai meninjau ulang gaya hidup mereka, termasuk bagaimana cara mengelola pengeluaran agar tetap hemat tanpa mengorbankan kualitas hidup. 

Namun, penting untuk memahami bahwa frugal living bukan sekadar soal menekan biaya atau hidup seirit mungkin. Lebih dari itu, frugal living adalah seni mengatur keuangan dengan cerdas—menempatkan nilai lebih pada prioritas hidup, bukan gengsi atau konsumsi berlebihan untuk mencapai kebebasan finansial.

Dalam praktiknya, frugal living bisa berarti memilih memasak sendiri di rumah ketimbang makan di luar, membeli barang berkualitas agar lebih awet, hingga menahan diri dari pembelian impulsif yang tak dibutuhkan. Meski terdengar sederhana, gaya hidup ini menuntut kesadaran dan disiplin tinggi dalam setiap keputusan finansial.

Namun, perlu digarisbawahi bahwa frugal living bukan berarti pelit atau anti sosial. Justru, dengan manajemen keuangan yang lebih sehat, seseorang bisa memiliki ruang lebih untuk menabung, berinvestasi, bahkan berbagi. Jadi, bagaimana kita bisa menerapkan frugal living dalam kehidupan sehari-hari tanpa kehilangan kenyamanan dan kebahagiaan? Mari kita kupas lebih dalam!. 

  1. Menghindari Konsumerisme

Salah satu prinsip utama dalam frugal living adalah menghindari jebakan konsumerisme—gaya hidup yang mendorong kita untuk terus membeli barang demi status sosial atau keinginan sesaat. Frugal living mengajarkan kita untuk lebih sadar sebelum membeli sesuatu: Apakah barang ini benar-benar dibutuhkan? Apakah bisa ditunda atau digantikan dengan alternatif yang lebih hemat?

Dengan menahan diri dari belanja impulsif, kita bisa mengalokasikan uang ke hal-hal yang lebih penting dan bermakna. Buat kamu yang ingin belajar mengenai cara bijak mengalokasikan uang, bisa lihat di sini

     2. Memprioritaskan Kualitas Dibanding Kuantitas

Daripada membeli banyak barang dengan harga murah tapi cepat rusak, prinsip frugal living justru menganjurkan kita untuk berinvestasi pada produk yang berkualitas dan tahan lama. Contohnya, membeli sepatu dengan harga sedikit lebih mahal tapi bisa digunakan selama bertahun-tahun akan jauh lebih efisien dibanding harus membeli sepatu baru setiap beberapa bulan.

Istilah Quality over Quantity juga sering kali digunakan di media sosial sebagai bentuk ajakan agar kita lebih selektif dalam berbelanja. Alih-alih membeli banyak barang tanpa mempertimbangkan kualitasnya, pendekatan ini mendorong perubahan pola pikir—bahwa nilai sebuah barang tidak hanya terletak pada jumlahnya, tapi juga pada daya tahan dan manfaatnya. Kamu bisa mulai membangun pola pikir ini dengan memahami pentingnya kualitas dalam setiap keputusan konsumsi, yang bisa kamu pelajari lebih lanjut di sini.

     3. Membuat Anggaran dan Mencatat Pengeluaran

Penerapan frugal living akan lebih efektif jika disertai dengan pengelolaan keuangan yang terencana. Dengan membuat anggaran bulanan dan mencatat setiap pengeluaran, kita bisa mengetahui ke mana uang kita mengalir. Hal ini membantu mengontrol pengeluaran yang tidak perlu serta membuat kita lebih sadar akan kebiasaan finansial yang perlu diperbaiki. 

     4. Memanfaatkan Kembali dan Melakukan DIY (Do It Yourself)

Alih-alih langsung membeli barang baru, frugal living mendorong kita untuk lebih kreatif—memperbaiki barang yang rusak, mengubah fungsi barang lama, atau bahkan membuat sendiri barang-barang sederhana. Misalnya, mengubah kaleng bekas menjadi pot tanaman, atau menjahit pakaian yang sobek. Selain hemat, aktivitas ini bisa memberi kepuasan tersendiri dan mengasah kreativitas. 

     5. Menikmati Hal Sederhana

Frugal living juga mengajarkan kita untuk menemukan kebahagiaan dari hal-hal sederhana. Jalan-jalan di taman, memasak bersama keluarga, membaca buku favorit, atau piknik murah meriah bisa jadi cara menikmati hidup tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam. Fokusnya adalah pada pengalaman, bukan kemewahan.

 

Selalu Gugup Saat Interview Kerja? Ikutin Tips Ini dan Dijamin Lolos!
10 April 2025

Selalu Gugup Saat Interview Kerja? Ikutin Tips Ini dan Dijamin Lolos!

Selamat! Dengan kamu membuka halaman ini, artinya kamu telah berhasil melewati tahap awal proses rekrutmen, yaitu seleksi administrasi. Bagaimana rasanya ketika lamaran kamu diproses di pekerjaan dan perusahaan impian kamu? Tentu rasanya campur aduk—antara senang, gugup, dan antusias.

Tapi tenang, kamu tidak sendirian. Rasa gugup menjelang wawancara kerja adalah hal yang umum dirasakan oleh banyak orang. Terutama, bagi kamu yang baru pertama kali mengikuti proses rekrutmen. Mungkin kamu pernah mendengar seseorang berkata demikian,

“Saya sebenarnya bisa bekerja, dan bisa menyelesaikan ujian, tapi kalau interview saya gabisa karena selalu gugup.” 

Nah, itulah alasan MinCy menulis artikel ini—sebagai panduan dan penyemangat untuk membantumu menghadapi tahap wawancara dengan lebih tenang percaya diri.

Namun sebelum masuk ke pembahasan utama, kalau kamu memiliki ketertarikan di bidang publikasi, literasi, atau industri yang berkaitan dengan buku, ada informasi menarik yang bisa kamu lihat di sini. Siapa tahu ini bisa jadi langkah awal karier mu, dan MinCy sangat menantikan cerita serumu saat menghadapi proses wawancara nanti!

Lakukan riset perusahaan

Sebelum mempersiapkan hal-hal teknis lainnya, langkah pertama yang paling krusial adalah melakukan riset tentang perusahaan serta industri tempat perusahaan tersebut bergerak. Dengan memahami latar belakang, visi, misi, serta budaya kerja perusahaan, kamu akan lebih siap dan mampu menyesuaikan diri, baik dalam menjawab pertanyaan wawancara maupun saat benar-benar masuk ke lingkungan kerja tersebut.

Selain itu, riset ini juga membantumu mengetahui apakah nilai-nilai perusahaan sejalan dengan prinsip dan tujuan pribadimu—karena interview bukan hanya tentang perusahaan memilih kandidat, tapi juga tentang kamu menilai apakah tempat tersebut cocok untuk mendukung pengetahuan dan potensi kamu berkembang.

Kuasai pengetahuan di posisi yang kamu lamar

Selama sesi wawancara yang biasanya berlangsung antara 15 hingga 60 menit, pasti kamu akan mendapatkan setidaknya sekitar 1 hingga 5 pertanyaan yang berkaitan langsung dengan posisi yang kamu lamar. Hal ini akan sangat terasa ketika kamu memasuki tahap user interview, di mana pewawancara adalah atasan mu yang kompeten di bidang atau posisi yang kamu lamar.

Misalnya, jika kamu melamar untuk posisi Public Relations, penting bagi kamu memahami tugas dan tanggung jawab dari seorang seorang Public Relations Officer. Seperti membuat siaran pers, menjalin hubungan baik dengan stakeholder, mengelola media sosial perusahaan, event organizing, serta berbagai aktivitas dan kemampuan lainnya yang menjadi inti dari peran posisi tersebut.

Riset pertanyaan interview

Saat ini, semakin banyak HR maupun user yang membagikan pengalaman mereka saat mewawancarai kandidat. Tak jarang, mereka juga berbagi tips dan trik seputar proses wawancara, termasuk jenis-jenis pertanyaan yang sering muncul baik di tahap HR interview maupun user interview.

Manfaatkan berbagai platform yang kamu miliki untuk menggali informasi sebanyak mungkin. Salah satu rekomendasi dari MinCy: coba eksplorasi LinkedIn. Di sana, banyak profesional di bidang HR yang secara terbuka membagikan wawasan, tren rekrutmen terbaru, bahkan contoh pertanyaan interview yang sering mereka gunakan.

Dengan aktif mencari dan membaca pengalaman-pengalaman tersebut, kamu bisa mendapatkan gambaran nyata tentang apa yang akan kamu hadapi, sekaligus mempersiapkan jawaban yang relevan dan meyakinkan.

Perhatikan jadwal interview dan barang yang perlu dibawa

Hal ini mungkin terkesan sepele. Namun, terdapat beberapa kasus yang sangat disayangkan terjadi hanya dikarenakan keteledoran kandidat yang lupa atau salah jadwal interview sehingga tidak hadir. Tentu hal ini merugikan diri mu sendiri karena kecil kemungkinan untuk dapat mengatur ulang waktu interview.

Selain itu, penting pula untuk memperhatikan barang pendukung apa yang perlu dibawa saat interview. Biasanya yang perlu dibawa adalah CV, pas photo, dan cover letter kandidat. Dengan kamu lupa membawa, maka akan memberikan kesan pertama yang kurang baik. Jadi, pastikan lagi jadwal dan dokumen pendukung yang perlu dibawa, ya!

Berlatih menceritakan pengalamanmu

Biasanya, dalam sesi wawancara, pertanyaan yang diberikan pasti akan berkaitan erat dengan latar belakang kehidupan kita serta pengalaman kerja kamu sebelumnya. Tidak jarang orang yang memiliki banyak pengalaman, justru kesulitan menyampaikannya dengan jelas. Hal ini seringkali disebabkan oleh rasa gugup dan kurang latihan.

Maka dari itu, penting untuk membiasakan diri dengan latihan sederhana seperti memperkenalkan diri, menyampaikan pengalaman kerja mu sebelumnya, serta yang tidak kalah penting yakni berlatih menjelaskan kelemahan dan kelebihan secara profesional yang kamu miliki. Gunakan teknik STAR (Situation, Task, Action, Result) saat menjawab supaya lebih terstruktur.

Kamu tidak perlu menghafal, cukup biasakan diri untuk berlatih secara berkala. Dengan begitu, pada saat tiba waktunya menghadapi pertanyaan serupa dalam interview, kamu akan jauh lebih percaya diri dan bisa menjawab dengan tenang. Grameds jangan lupa ya, bisa karena biasa!.

Berikan kesan positif dan profesional

Ketika bertemu dengan interviewer, kesan pertama (first impression) menjadi salah satu hal krusial yang perlu kamu perhatikan. Usahakan untuk membangun citra positif sejak awal, karena kesan awal dapat memengaruhi cara pewawancara menilai dirimu secara keseluruhan.

Kesan positif ini bisa kamu ciptakan lewat beberapa cara sederhana, seperti berpakaian dengan rapi dan sopan. Dengan melakukan riset tentang perusahaan, maka kamu akan mengetahui budaya kerja mereka. Kamu dapat menemukan informasi ini melalui media sosial perusahaan atau konten dari karyawannya—misalnya lewat video dengan tagar seperti #LifeatGramedia yang bisa kamu lihat di instagram @loker_gramedia. Dari situ, kamu bisa melihat pola berpakaian yang umum digunakan: apakah formal, smart casual, santai, atau bahkan mengenakan batik.

Tak hanya soal penampilan, sikap juga punya peran penting. Tunjukkan gestur ramah dengan senyuman dan jawablah setiap pertanyaan dengan antusias, namun tetap tenang, professional dan tidak berlebihan. Sikap ini menunjukkan bahwa kamu adalah kandidat yang profesional, percaya diri, dan menyenangkan untuk diajak bekerja sama.

Siapkan pertanyaan untuk interviewer
Pada umumnya, sebelum sesi wawancara ditutup, interviewer akan memberikan kesempatan kepada kandidat untuk mengajukan pertanyaan seputar posisi yang dilamar, perusahaan, atau tahapan rekrutmen selanjutnya.

Meskipun tidak bersifat wajib, memanfaatkan momen ini untuk bertanya justru dapat memberikan nilai tambah. Ketika kamu mengajukan pertanyaan yang relevan, terutama terkait posisi atau lingkungan kerja di perusahaan, hal tersebut mencerminkan rasa ingin tahu yang tinggi serta ketertarikanmu untuk benar-benar bergabung. 

Lebih dari itu, dengan mengajukan pertanyaan kepad a recruiter, kamu juga menunjukkan bahwa kamu aktif, kritis, dan serius mempertimbangkan langkah karier mu. Ini bisa menjadi sinyal positif bahwa kamu bukan hanya ingin "sekadar diterima kerja", tetapi juga benar-benar ingin tumbuh dan berkembang bersama perusahaan tersebut. Beberapa contoh pertanyaan yang bisa kamu ajukan misalnya:

"Bagaimana budaya kerja di tim ini?"
"Apa rutinitas pekerjaan di tim ini?"
"Apa tantangan utama yang biasanya dihadapi di posisi ini?"

Pertanyaan-pertanyaan semacam ini akan membantu kamu memperoleh gambaran lebih jelas tentang pekerjaan yang akan dijalani sekaligus memperlihatkan kesiapan dan profesionalisme sebagai kandidat.

Itulah beberapa tips dari MinCy buat kamu yang akan melaksanakan interview kerja.

Semoga tips-tips di atas bisa membantumu menghadapi wawancara kerja dengan lebih percaya diri dan tenang. Ingat, rasa gugup itu wajar—yang penting adalah bagaimana kamu mengelolanya dan tetap menunjukkan versi terbaik dari dirimu. Proses rekrutmen bukan hanya ajang penilaian dari pihak perusahaan, tapi juga momen kamu untuk mengenal lebih jauh dunia kerja dan menunjukkan bahwa kamu siap untuk berkembang.

MinCy yakin, dengan persiapan yang matang dan sikap yang positif, peluang mu untuk lolos dan meraih karier impian akan semakin besar. Jadi, tetap semangat ya, Grameds! Jangan ragu untuk terus belajar, mencoba, dan percaya pada diri sendiri—karena perjalanan karier yang hebat selalu dimulai dari satu langkah berani.

Bersama Wakil Presiden Indonesia, Gramedia Jadi Saksi Tumbuhnya Semangat Literasi Anak Negeri
08 April 2025

Bersama Wakil Presiden Indonesia, Gramedia Jadi Saksi Tumbuhnya Semangat Literasi Anak Negeri

Jakarta, 8 April 2025 - Masih dalam nuansa Lebaran 2025 yang penuh kehangatan dan kebersamaan, Gramedia Matraman menyambut dengan baik kunjungan Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, bersama Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta, Ibu Premi Lasari, serta anak-anak dari Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 1. Pada Senin siang (7/4/2025), Gramedia Matraman menjadi tuan rumah dalam kegiatan berbagi kebahagiaan yang diikuti oleh hampir 97 anak yatim.

Acara tersebut merupakan program yang diadakan oleh Dinas Sosial DKI Jakarta yang mengajak anak-anak dari Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 1 untuk berbelanja dan juga mendorong motivasi anak untuk lebih giat dalam membaca. Acara yang dilaksanakan di Gramedia Matraman ini sangat disambut baik oleh Pihak Gramedia Matraman. Kegiatan pembelanjaannya mencakup berbagai kebutuhan seperti tas, alat tulis, mainan anak, buku cerita, dan buku tulis. Total peserta berjumlah kurang lebih 97 orang, dengan anggaran pembelanjaan sekitar Rp500.000 per anak.

Kegiatan ini menjadi momen yang berarti bagi Gramedia karena dapat berpartisipasi dalam menghadirkan kebahagiaan bagi anak-anak yang membutuhkan perhatian khusus. Selain itu, kegiatan ini juga mencerminkan kepedulian pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto terhadap perkembangan dan masa depan anak-anak Indonesia.

Kebahagiaan terpancar dari wajah anak-anak yang dengan penuh semangat memilih perlengkapan sekolah, buku cerita, alat tulis, hingga mainan edukatif yang mampu merangsang daya imajinasi dan rasa ingin tahu mereka. Momen ini bukan hanya sekadar sesi belanja, melainkan sebuah pengalaman yang membangkitkan semangat mereka untuk tumbuh, berkembang, dan meraih mimpi. Wapres Gibran pun turut mendampingi mereka menyusuri setiap sudut rak, membantu memilih berbagai kebutuhan yang tak hanya fungsional, tetapi juga inspiratif bagi proses belajar mereka. 

Sebagai rumah literasi dan ilmu pengetahuan, Gramedia bangga bisa turut mengambil peran dalam momen berharga ini. Kami percaya bahwa setiap anak memiliki potensi luar biasa yang dapat tumbuh ketika diberikan akses, kesempatan, dan lingkungan yang mendukung. Buku adalah salah satu gerbang pembuka dunia mereka—tempat di mana mimpi bermula, rasa penasaran dipupuk, dan keberanian untuk bermimpi besar ditanamkan.

Kegiatan ini menjadi pengingat bagi kami bahwa literasi tidak hanya soal kemampuan membaca, tapi juga soal membangun rasa percaya diri, membentuk karakter, dan memperkuat ikatan emosional anak dengan lingkungan sekitarnya. Melihat senyum anak-anak ketika menemukan buku atau perlengkapan yang mereka sukai, adalah bukti nyata bahwa pendidikan bisa dimulai dari pengalaman kecil yang membahagiakan.

Komitmen pemerintah dalam menciptakan ruang yang aman dan inspiratif bagi anak-anak sangat kami apresiasi. Gramedia sebagai mitra literasi akan terus membuka pintu, mendukung upaya menciptakan generasi yang cerdas, percaya diri, dan penuh harapan. Karena di balik satu buku yang dipilih, ada sejuta mimpi yang mulai dituliskan.

Dari Halaman ke Layar: 10 Buku Indonesia yang Diadaptasi Menjadi Film dan Serial
07 April 2025

Dari Halaman ke Layar: 10 Buku Indonesia yang Diadaptasi Menjadi Film dan Serial

Industri penulisan dan penerbitan di Indonesia semakin hari makin menunjukkan geliat yang membanggakan. Tak hanya sukses memikat para pembaca baru, karya-karya tulisan lokal juga berhasil mencuri perhatian dunia perfilman dan televisi. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak novel, cerpen, hingga memoar karya anak bangsa yang diangkat ke layar lebar maupun serial TV—menandakan bahwa cerita-cerita dari Indonesia punya daya tarik kuat untuk dinikmati dalam format visual. 

Adaptasi ke layar bukan hanya soal menyalin cerita dari buku ke film. Lebih dari itu, proses ini membuka ruang baru untuk menafsirkan ulang kisah, membangun suasana berbeda, dan menyuguhkan pengalaman yang lebih kaya bagi penonton. Tak sedikit pula dari adaptasi ini yang sukses secara komersial maupun kritikal, bahkan mendapat apresiasi hingga ke kancah internasional.

Dalam artikel ini, MinCy akan memberikan rekomendasi sepuluh buku karya penulis Indonesia yang sukses diadaptasi menembus layar dan menjadi tontonan menarik.  

  1. Komik Si Juki - karya Faza Meonk

Si Juki merupakan karakter komik karya Faza Meonk yang dikenal dengan kepribadian nya yang anti mainstream kocak, cuek, dan penuh keberuntungan. Melalui humor segar dan sarkasme ringan, komik ini menyampaikan kritik social yang dekat dengan kehidupan anak muda. Kepopuleran Juki yang terus meningkat membuatnya berkembang dari karakter komik menjadi karakter hidup yang ditayangkan pada layar lebar.

Kesuksesan karakter ini membawa Juki ke layar lebar melalui film animasi “Si Juki The Movie: Panitia Hari Akhir” pada Desember 2018. Film ini mengisahkan Juki, selebriti yang harus menyelamatkan Indonesia dari ancaman meteor raksasa. Melanjutkan kesuksesannya, pada 2024 Faza Meonk kembali menghadirkan “Si Juki The Movie: Harta Pulau Monyet”, yang menampilkan petualangan Juki bersama Profesor Juned, Babeh, dan Emak dalam mencari harta karun peninggalan leluhur. Di pulau misterius, mereka menghadapi berbagai rintangan seperti bajak laut, monster, hingga kutukan berbahaya. 

    2. Novel Home Sweet Loan - karya Almira Bastari

Novel bertema keluarga ini menjadi salah satu karya yang sukses besar saat diadaptasi ke layar lebar. Grameds mungkin masih ingat tren di TikTok dengan kalimat “Kaluna gaji UMR tapi punya tabungan 300 juta, kita gabisa begitu karna tiap hari harus ngopi dan nongkrong” — yang menjadi viral berkat film ini, menandakan kuatnya resonansi cerita di tengah masyarakat.

Diangkat dari novel berjudul “Home Sweet Loan”, film ini bercerita tentang anak bungsu dalam keluarga yang bercita-cita memiliki rumah sendiri. Dengan alur yang relevan dan dekat dengan realita sosial masyarakat Indonesia, kisah ini menyentuh banyak penonton. Film ini membuka mata bahwa tak sedikit orang yang terjebak dalam keluarga yang tidak suportif, dan malah menggantungkan hidup pada satu anggota keluarga, hingga membuatnya kelelahan secara emosional dan finansial.

Tak hanya mengangkat isu keluarga yang kompleks, novel dan buku ini juga menyoroti eratnya persahabatan Kaluna dengan tiga sahabat setianya yang selalu memberi dukungan. Di sisi lain, kisah romansa Kaluna pun menjadi bagian menarik yang bisa dinikmati penonton—mulai dari pengalaman menjalani hubungan yang tidak sehat, hingga perjalanannya membangun cinta dari awal dan akhirnya menemukan kebahagiaan dalam pernikahan.

     3. Bumi Manusia - karya Pramoedya Ananta Toer

Grameds tentu tak asing dengan Trilogi legendaris karya Pramoedya Ananta Toer, salah satunya “Bumi Manusia”. Novel ini bercerita tentang Minke, tokoh utama berdarah priyayi yang berjuang keras untuk keluar dari belenggu tradisi feodal Jawa. Di saat bersamaan, ia juga mengalami pergolakan batin akibat pengaruh budaya Eropa yang menjadi simbol kemajuan dan peradaban, dalam usahanya meraih kebebasan dan kemandirian.

Pada Agustus 2019, “Bumi Manusia” diangkat ke layar lebar dan langsung mencuri perhatian publik. Selama dua minggu berturut-turut, film ini menjadi pemuncak box office dengan total penonton mencapai 1.316.583 orang. Film ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat dan tokoh politik, meskipun ulasan dari para kritikus beragam. “Bumi Manusia” juga meraih dua belas nominasi di Festival Film Indonesia 2019 dan direncanakan sebagai bagian pertama dari trilogi film adaptasi.

     4. Komik Gundala - karya Harya Suraminata

“Gundala” adalah karakter komik legendaris Indonesia yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969 oleh Harya Suraminata, atau lebih dikenal dengan Hasmi. Terinspirasi dari tokoh legenda Jawa, Ki Ageng Selo—yang dipercaya mampu menangkap petir dengan tangan kosong—Hasmi menciptakan Gundala sebagai pahlawan super lokal dengan kekuatan petir, yang namanya berasal dari kata Jawa "Gundolo" yang berarti petir.

Sebagai salah satu ikon dalam dunia komik Indonesia, Gundala berdiri sejajar dengan tokoh-tokoh legendaris lainnya seperti Si Buta dari Gua Hantu, Godam, Aquanus, Mandala, Sri Asih, dan Maza. Popularitasnya yang tinggi serta kekayaan unsur kearifan lokal membuat sutradara dan produser ternama Hanung Bramantyo tertarik untuk mengadaptasinya ke layar lebar.  

Dirilis pada September 2019, film “Gundala” langsung mencuri perhatian publik dan berhasil meraih 1,3 juta penonton hanya dalam waktu tujuh hari, menjadikannya film terlaris pada periode tersebut. Kesuksesan ini memunculkan harapan baru bagi industri perfilman Indonesia agar semakin sering mengangkat cerita, tradisi, dan nuansa lokal, baik dalam format film drama maupun animasi.

     5. Gadis Kretek - karya Ratih Kumala

Menghadirkan alur cerita yang kuat dan penuh nuansa sejarah, "Gadis Kretek" sukses menduduki posisi Top 1 Serial Mingguan di Netflix. Diadaptasi dari novel populer karya Ratih Kumala, serial ini tidak hanya menyuguhkan kisah cinta dan pencarian jati diri para tokohnya, tetapi juga membawa penonton menelusuri perkembangan industri kretek di Indonesia—sebuah warisan budaya yang kaya akan nilai sejarah dan aroma khas tembakau.

Dengan latar tempat di Kota M, Kudus, dan Jakarta, serta rentang waktu dari era kolonial Belanda hingga masa kemerdekaan, serial ini mampu menghidupkan suasana era 1960-an dengan detail yang memikat. Keberhasilannya tidak lepas dari penyutradaraan yang cermat, sinematografi yang memukau, serta akting para pemain yang kuat. “Gadis Kretek” bukan sekadar drama romantis, tapi juga sebuah karya visual yang menyatukan sejarah, budaya, dan perasaan dalam satu kemasan yang autentik dan mengena.

Tak hanya alur ceritanya yang memikat, gaya busana Jeng Yah—tokoh utama dalam “Gadis Kretek”—juga berhasil mencuri perhatian publik. Kebaya khas Jawa era 1960-an yang dikenakannya menjadi sorotan dan viral di media sosial, menginspirasi banyak perempuan untuk mencari dan mengenakan kebaya dengan model serupa. Fenomena ini menunjukkan bagaimana sebuah film mampu menghadirkan berbagai elemen yang tak hanya mendukung cerita, tetapi juga berpotensi memengaruhi tren dan budaya populer di masyarakat. 

      6. Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini - karya Marchella FP

Mengangkat tema keluarga yang hangat namun sarat konflik emosional, "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini" (NKCTHI) menjadi salah satu novel yang paling banyak menyentuh hati pembacanya. Karya Marchella FP ini tidak hanya berisi potongan cerita harian, tapi juga refleksi tentang luka masa lalu, hubungan orangtua dan anak, serta perjalanan untuk berdamai dengan diri sendiri. Dibalut dengan kalimat-kalimat puitis dan jujur, *NKCTHI* berhasil membangun kedekatan emosional yang kuat dengan generasi muda Indonesia, hingga akhirnya diadaptasi menjadi film layar lebar yang tak kalah menggugah.

Film "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini" yang dirilis pada 2020 sukses membawa nuansa novel ke dalam visual yang menyentuh dan penuh makna. Disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko, film ini mengisahkan kehidupan keluarga Narendra yang terlihat harmonis di luar, namun menyimpan luka dan rahasia di baliknya.

Tak hanya kisahnya yang menyentuh, "NKCTHI" juga berhasil membentuk budaya populer tersendiri di kalangan anak muda. Kutipan-kutipan dari novel dan filmnya banyak digunakan di media sosial sebagai ungkapan perasaan yang sulit diucapkan. Bahkan gaya visual dan tone warna dalam film ini menjadi inspirasi banyak konten kreatif di platform seperti Instagram dan TikTok. Hal ini membuktikan bahwa "NKCTHI" bukan hanya sekadar karya sastra atau film drama keluarga, tetapi juga fenomena budaya yang berhasil menggerakkan emosi dan membentuk tren di masyarakat urban Indonesia.

     7. Dilan 1990 - karya Pidi Baiq

Mengusung kisah cinta remaja dengan latar era 90-an, "Dilan 1990" karya Pidi Baiq sukses mencuri hati pembaca dari berbagai generasi. Perjalanan cinta Dilan—remaja unik, cuek, dan penuh kejutan—dengan Milea, siswi pindahan yang cerdas dan kalem, novel ini mengajak pembaca untuk larut dalam nostalgia masa SMA yang manis, sederhana, sekaligus penuh emosi. Kesuksesan novel ini menjadikannya salah satu karya paling ikonik dalam literatur pop Indonesia.

Adaptasi filmnya yang dirilis pada 2018 pun menuai kesuksesan besar. Disutradarai oleh Fajar Bustomi dan diproduseri oleh Falcon Pictures, "Dilan 1990" menghadirkan suasana Bandung era 90-an dengan sangat autentik. Chemistry antara Iqbaal Ramadhan sebagai Dilan dan Vanesha Prescilla sebagai Milea menjadi salah satu kekuatan utama film ini. Film ini menyuguhkan romansa yang tidak klise namun mengena di hati dan berhasil mencapai jutaan penonton hanya dalam hitungan minggu.

Tak hanya dari segi cerita, gaya berpakaian khas anak SMA tahun 90-an, jaket jeans Dilan, sepeda motor tua, hingga quotes film yang viral di media sosial menjadi tren tersendiri di kalangan anak muda. Banyak orang bahkan mulai mengekspresikan cinta mereka dengan cara “ala Dilan”, yang puitis namun jenaka. Fenomena ini menunjukkan bagaimana kekuatan cerita dan karakter yang autentik dapat menjangkau hati penonton sekaligus menciptakan pengaruh besar dalam tren dan gaya hidup masyarakat Indonesia.

     8. Laskar Pelangi - karya Andrea Hirata

Apakah kalian masih ingat karya masterpiece ini? Mengangkat kisah nyata yang inspiratif dari pelosok Belitung, "Laskar Pelangi" karya Andrea Hirata berhasil menggugah hati pembaca lewat narasi yang penuh harapan, kepolosan, dan semangat perjuangan. Novel ini bercerita tentang sepuluh anak dari keluarga miskin yang bersekolah di SD Muhammadiyah Gantong, mereka tumbuh menjadi anak-anak penuh cita-cita, pantang menyerah meski dibatasi oleh kemiskinan dan ketimpangan sosial. "Laskar Pelangi" bukan hanya tentang pendidikan, tapi juga tentang mimpi, persahabatan, dan keberanian untuk menantang batas.

Kesuksesan novelnya yang fenomenal melahirkan adaptasi film layar lebar yang dirilis pada 2008 dan langsung menjadi magnet perhatian publik. Disutradarai oleh Riri Riza dan diproduseri oleh Mira Lesmana, film "Laskar Pelangi" tidak hanya berhasil memvisualisasikan keindahan alam Belitung yang eksotis, tetapi juga menghidupkan kembali semangat anak-anak Laskar Pelangi yang polos dan penuh gairah. Film ini meraih lebih dari 4,5 juta penonton, menjadikannya salah satu film Indonesia terlaris sepanjang masa.

Lebih dari sekadar kisah, "Laskar Pelangi" membawa dampak budaya yang besar. Lagu soundtrack-nya yang ikonik, busana sederhana anak-anak kampung, hingga kutipan-kutipan inspiratif dari para tokohnya menjadi viral dan membekas di ingatan banyak orang. Bahkan, tempat shooting film tersebut sekarang dijadikan sebagai objek wisata Laskar Pelangi. Karya ini membuktikan bahwa cerita yang jujur dan membumi dapat menyentuh jutaan hati dan meninggalkan warisan budaya yang tak lekang oleh waktu. 

     9. Imperfect - karya Meira Anastasia

Diadaptasi dari buku Imperfect: A Journey to Self-Acceptance karya Meira Anastasia, film Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan menyuguhkan kisah yang relevan dan menyentuh hati tentang perjuangan menerima diri di tengah standar kecantikan yang kerap menekan. Film ini mengikuti perjalanan Rara, seorang perempuan bertubuh besar yang bekerja di industri kecantikan dan kerap merasa tidak cukup cantik, tidak cukup layak, dan tidak cukup diterima. Dengan segala tekanan dari lingkungan kerja, keluarga, hingga media sosial, Rara harus belajar untuk mencintai tubuh dan dirinya sendiri—apa adanya.

Disutradarai oleh Ernest Prakasa dan tayang perdana pada akhir 2019, Imperfect menjadi salah satu film yang paling banyak diperbincangkan karena keberhasilannya memotret isu body shaming dan ketimpangan standar kecantikan dengan sangat jujur dan mengena. Film ini memicu diskusi luas di kalangan perempuan tentang penerimaan diri, tekanan sosial, dan pentingnya kepercayaan diri. Tak hanya alurnya yang membekas, gaya penampilan Rara dan karakter-karakter lainnya juga menjadi perbincangan hangat di media sosial, membuktikan bahwa film ini memiliki daya tarik visual sekaligus pesan yang relevan secara kultural.

Imperfect bukan hanya kisah Rara, tapi kisah banyak orang yang pernah merasa tidak cukup karena ukuran tubuh, warna kulit, atau ekspresi diri. Film ini menjadi pengingat bahwa kesempurnaan bukanlah tujuan, tetapi keberanian untuk mencintai diri sendirilah yang sejatinya memerdekakan.

     10. 5CM - karya Donny Dhirgantoro

Dengan alur cerita yang memadukan semangat persahabatan, petualangan, dan mimpi, "5 cm" menjadi salah satu film Indonesia yang paling inspiratif dan menggugah semangat generasi muda. Diadaptasi dari novel laris karya Donny Dhirgantoro, film ini mengisahkan tentang lima sahabat yang memutuskan untuk rehat dari rutinitas bersama, lalu bertemu kembali dengan tekad menaklukkan puncak tertinggi di Pulau Jawa—Mahameru. Lewat perjalanan fisik yang berat dan penuh tantangan, mereka juga menjalani perjalanan emosional yang memperkuat rasa persahabatan, cinta tanah air, dan keyakinan terhadap mimpi-mimpi mereka.

Disuguhkan dengan sinematografi yang memukau dan panorama alam yang luar biasa, "5 cm" bukan hanya menghadirkan kisah yang menginspirasi, tetapi juga visual yang membangkitkan rasa kagum terhadap keindahan Indonesia. Dialog penuh motivasi dan narasi yang menyentuh berhasil menyulut semangat penonton untuk tidak takut bermimpi dan terus melangkah meski harus melewati banyak rintangan. Film ini pun menjadi simbol bahwa dengan keyakinan, semangat, dan kebersamaan, segala hal yang tampak jauh bisa digapai—asal kita menaruh mimpi itu lima sentimeter di depan kening, agar terus terlihat dan diperjuangkan.

Itulah sepuluh judul buku yang membuktikan bahwa buku karya-karya Indonesia memiliki potensi besar untuk menjangkau audiens yang lebih luas melalui medium visual. Adaptasi ke layar tidak hanya memberi napas baru pada cerita-cerita tersebut, tetapi juga menjadi pintu masuk yang menyenangkan bagi generasi baru untuk mengenal dan mencintai literatur Indonesia.

Menariknya, sebagian besar dari buku-buku ini masih tersedia dan dapat dimiliki dengan mudah. Kamu bisa menemukannya di toko buku Gramedia terdekat atau membelinya secara online melalui Gramedia.com. Dengan memiliki bukunya, kamu bisa menikmati versi lengkap kisah yang mungkin tak seluruhnya ditampilkan dalam film atau serialnya—plus, sensasi menyelami isi pikiran tokoh secara langsung dari penulisnya tentu punya daya tarik tersendiri.

Jadi, karya mana yang jadi favoritmu? Atau adakah buku lain yang kamu harap segera diangkat ke layar? Apa pun pilihanmu, satu hal yang pasti: membaca bukunya dan menonton adaptasinya adalah cara seru untuk merayakan kekayaan cerita dari negeri sendiri.

Dari Pelanggan Gramedia untuk Sesama: Donasi Ramadan Bersama Dompet Dhuafa Disalurkan ke Berbagai Daerah
28 March 2025

Dari Pelanggan Gramedia untuk Sesama: Donasi Ramadan Bersama Dompet Dhuafa Disalurkan ke Berbagai Daerah

Tangerang, 27 Maret 2025 - Dalam semangat berbagi kebahagiaan di bulan suci Ramadan, Gramedia bersama Dompet Dhuafa menggelar kegiatan untuk menyerahkan secara simbolis donasi regional berupa mushaf Quran hasil kontribusi pelanggan Gramedia. Acara ini berlangsung pada 26 Maret 2025 di Gramedia World BSD dan menjadi bagian dari kolaborasi antara Gramedia, Dompet Dhuafa, dan Al Qosbah untuk meningkatkan literasi keagamaan di berbagai daerah.

Total donasi yang terkumpul dari pelanggan Gramedia yakni sebesar Rp 744.000.000 selama periode 10 Februari hingga 23 Maret 2025. Dana tersebut telah digunakan untuk pengadaan 18.703 mushaf Quran, yang nantinya akan disalurkan ke berbagai daerah di Indonesia. Kolaborasi dengan Dompet Dhuafa dalam program ini sejalan dengan visi Gramedia sebagai lebih dari sekadar penyedia buku dan alat tulis, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial yang berdampak positif bagi komunitas.

Sebagai salah satu perusahaan ritel dan penerbit buku terbesar di Indonesia, Gramedia terus berkomitmen memperluas dampak sosial melalui berbagai program filantropi. Kolaborasi dengan Dompet Dhuafa dalam inisiatif ini menegaskan dedikasi Gramedia dalam mendukung pendidikan dan literasi, khususnya bagi masyarakat yang membutuhkan akses lebih baik terhadap sumber belajar.

Selain penyerahan donasi, acara ini juga menjadi momen kebersamaan bagi 30 anak yatim yang diundang untuk mengikuti berbagai kegiatan interaktif. Mulai dari menikmati sesi hiburan berupa dongeng dan berbagi ilmu, berbelanja kebutuhan pendidikan di Gramedia World BSD, serta berbuka puasa bersama. Tidak hanya itu, anak-anak juga berkesempatan menikmati berbagai wahana permainan yang telah disediakan untuk menambah keceriaan suasana. 

Sebagai bentuk dukungan terhadap pendidikan anak-anak yatim, setiap peserta menerima voucher belanja dengan total senilai Rp12.000.000 untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka. Selain itu, mereka juga mendapatkan santunan sebesar Rp6.000.000. Kehadiran KOL, influencer, dan penulis buku turut memeriahkan acara, sekaligus memberikan inspirasi dan motivasi bagi anak-anak yang hadir. 

“Ini adalah kolaborasi pertama Gramedia dan Dompet Dhuafa, inisiatif ini datang dari komitmen antara Gramedia dan Dompet Dhuafa yang beririsan. Kami Bersama-sama ingin menebar kebaikan terkhusus di bulan Ramadan. Maka dari itu, dengan program ini, harapannya dapat menjadi awal pula perjalanan kolaborasi baik antara Gramedia dan Dompet Dhuafa”, Ucap Elizabeth Driemirda Primasari selaku Regional Manager D Gramedia. 

Dompet Dhuafa sebagai lembaga filantropi Islam yang memiliki 23 cabang di Indonesia, telah berperan aktif dalam pemberdayaan kaum dhuafa sejak tahun 1994. Melalui pendekatan berbasis budaya, lembaga ini menggabungkan aktivitas filantropis serta wirausaha sosial profetik, yang dikelola dengan semangat kewirausahaan. Untuk mendukung misinya dalam mengatasi kemiskinan, Dompet Dhuafa menjalankan lima pilar utama, yaitu sosial, dakwah dan budaya, kesehatan, ekonomi, serta pendidikan. 

“Dompet Dhuafa merasa bahwa kebaikan itu memang tidak hanya dilakukan pada saat Ramadan saja. Kalau kita di jalan dan melihat sekitar, banyak sekali contoh kebaikan yang sangat menyentuh hati. Di bulan Ramadan, Dompet Dhuafa secara rutin memberikan santunan kepada anak Yatim, dan tahun ini kami bekerja sama dengan Gramedia. Harapannya kebaikan yang kami berikan bisa lebih meluas dirasakan oleh semua kalangan”, ucap Andriansyah selaku Ketua Ramadan Dompet Dhuafa. 

Kolaborasi Gramedia dengan Dompet Dhuafa dalam program donasi ini merupakan bentuk dari komitmen bersama untuk terus mendukung kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat, khususnya mereka yang membutuhkan. Dengan adanya inisiatif seperti ini, diharapkan semakin banyak pihak yang terinspirasi untuk berkontribusi dalam menciptakan dampak positif yang lebih luas.