Innovation, Transformed.
Bersama Gramedia, menginspirasi Indonesia menuju masa depan yang cemerlang.
Who we are?
Terus berkembang melampaui batas, membentuk masa depan yang lebih cerah melalui brand.
Testimonials



Latest updates
See all
Hemat Boleh, Pelit Jangan: Kupas Tuntas Konsep Frugal Living
Akhir-akhir ini, istilah “frugal living” semakin ramai dibicarakan oleh masyarakat Indonesia. Tren ini ramai digaungkan di media sosial seiring dengan rencana pemerintah untuk menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 12% menjadi 13%.
Kekhawatiran akan meningkatnya biaya hidup membuat banyak orang mulai meninjau ulang gaya hidup mereka, termasuk bagaimana cara mengelola pengeluaran agar tetap hemat tanpa mengorbankan kualitas hidup.
Namun, penting untuk memahami bahwa frugal living bukan sekadar soal menekan biaya atau hidup seirit mungkin. Lebih dari itu, frugal living adalah seni mengatur keuangan dengan cerdas—menempatkan nilai lebih pada prioritas hidup, bukan gengsi atau konsumsi berlebihan untuk mencapai kebebasan finansial.
Dalam praktiknya, frugal living bisa berarti memilih memasak sendiri di rumah ketimbang makan di luar, membeli barang berkualitas agar lebih awet, hingga menahan diri dari pembelian impulsif yang tak dibutuhkan. Meski terdengar sederhana, gaya hidup ini menuntut kesadaran dan disiplin tinggi dalam setiap keputusan finansial.
Namun, perlu digarisbawahi bahwa frugal living bukan berarti pelit atau anti sosial. Justru, dengan manajemen keuangan yang lebih sehat, seseorang bisa memiliki ruang lebih untuk menabung, berinvestasi, bahkan berbagi. Jadi, bagaimana kita bisa menerapkan frugal living dalam kehidupan sehari-hari tanpa kehilangan kenyamanan dan kebahagiaan? Mari kita kupas lebih dalam!.
- Menghindari Konsumerisme
Salah satu prinsip utama dalam frugal living adalah menghindari jebakan konsumerisme—gaya hidup yang mendorong kita untuk terus membeli barang demi status sosial atau keinginan sesaat. Frugal living mengajarkan kita untuk lebih sadar sebelum membeli sesuatu: Apakah barang ini benar-benar dibutuhkan? Apakah bisa ditunda atau digantikan dengan alternatif yang lebih hemat?
Dengan menahan diri dari belanja impulsif, kita bisa mengalokasikan uang ke hal-hal yang lebih penting dan bermakna. Buat kamu yang ingin belajar mengenai cara bijak mengalokasikan uang, bisa lihat di sini.
2. Memprioritaskan Kualitas Dibanding Kuantitas
Daripada membeli banyak barang dengan harga murah tapi cepat rusak, prinsip frugal living justru menganjurkan kita untuk berinvestasi pada produk yang berkualitas dan tahan lama. Contohnya, membeli sepatu dengan harga sedikit lebih mahal tapi bisa digunakan selama bertahun-tahun akan jauh lebih efisien dibanding harus membeli sepatu baru setiap beberapa bulan.
Istilah Quality over Quantity juga sering kali digunakan di media sosial sebagai bentuk ajakan agar kita lebih selektif dalam berbelanja. Alih-alih membeli banyak barang tanpa mempertimbangkan kualitasnya, pendekatan ini mendorong perubahan pola pikir—bahwa nilai sebuah barang tidak hanya terletak pada jumlahnya, tapi juga pada daya tahan dan manfaatnya. Kamu bisa mulai membangun pola pikir ini dengan memahami pentingnya kualitas dalam setiap keputusan konsumsi, yang bisa kamu pelajari lebih lanjut di sini.
3. Membuat Anggaran dan Mencatat Pengeluaran
Penerapan frugal living akan lebih efektif jika disertai dengan pengelolaan keuangan yang terencana. Dengan membuat anggaran bulanan dan mencatat setiap pengeluaran, kita bisa mengetahui ke mana uang kita mengalir. Hal ini membantu mengontrol pengeluaran yang tidak perlu serta membuat kita lebih sadar akan kebiasaan finansial yang perlu diperbaiki.
4. Memanfaatkan Kembali dan Melakukan DIY (Do It Yourself)
Alih-alih langsung membeli barang baru, frugal living mendorong kita untuk lebih kreatif—memperbaiki barang yang rusak, mengubah fungsi barang lama, atau bahkan membuat sendiri barang-barang sederhana. Misalnya, mengubah kaleng bekas menjadi pot tanaman, atau menjahit pakaian yang sobek. Selain hemat, aktivitas ini bisa memberi kepuasan tersendiri dan mengasah kreativitas.
5. Menikmati Hal Sederhana
Frugal living juga mengajarkan kita untuk menemukan kebahagiaan dari hal-hal sederhana. Jalan-jalan di taman, memasak bersama keluarga, membaca buku favorit, atau piknik murah meriah bisa jadi cara menikmati hidup tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam. Fokusnya adalah pada pengalaman, bukan kemewahan.

Selalu Gugup Saat Interview Kerja? Ikutin Tips Ini dan Dijamin Lolos!
Selamat! Dengan kamu membuka halaman ini, artinya kamu telah berhasil melewati tahap awal proses rekrutmen, yaitu seleksi administrasi. Bagaimana rasanya ketika lamaran kamu diproses di pekerjaan dan perusahaan impian kamu? Tentu rasanya campur aduk—antara senang, gugup, dan antusias.
Tapi tenang, kamu tidak sendirian. Rasa gugup menjelang wawancara kerja adalah hal yang umum dirasakan oleh banyak orang. Terutama, bagi kamu yang baru pertama kali mengikuti proses rekrutmen. Mungkin kamu pernah mendengar seseorang berkata demikian,
“Saya sebenarnya bisa bekerja, dan bisa menyelesaikan ujian, tapi kalau interview saya gabisa karena selalu gugup.”
Nah, itulah alasan MinCy menulis artikel ini—sebagai panduan dan penyemangat untuk membantumu menghadapi tahap wawancara dengan lebih tenang percaya diri.
Namun sebelum masuk ke pembahasan utama, kalau kamu memiliki ketertarikan di bidang publikasi, literasi, atau industri yang berkaitan dengan buku, ada informasi menarik yang bisa kamu lihat di sini. Siapa tahu ini bisa jadi langkah awal karier mu, dan MinCy sangat menantikan cerita serumu saat menghadapi proses wawancara nanti!
Lakukan riset perusahaan
Sebelum mempersiapkan hal-hal teknis lainnya, langkah pertama yang paling krusial adalah melakukan riset tentang perusahaan serta industri tempat perusahaan tersebut bergerak. Dengan memahami latar belakang, visi, misi, serta budaya kerja perusahaan, kamu akan lebih siap dan mampu menyesuaikan diri, baik dalam menjawab pertanyaan wawancara maupun saat benar-benar masuk ke lingkungan kerja tersebut.
Selain itu, riset ini juga membantumu mengetahui apakah nilai-nilai perusahaan sejalan dengan prinsip dan tujuan pribadimu—karena interview bukan hanya tentang perusahaan memilih kandidat, tapi juga tentang kamu menilai apakah tempat tersebut cocok untuk mendukung pengetahuan dan potensi kamu berkembang.
Kuasai pengetahuan di posisi yang kamu lamar
Selama sesi wawancara yang biasanya berlangsung antara 15 hingga 60 menit, pasti kamu akan mendapatkan setidaknya sekitar 1 hingga 5 pertanyaan yang berkaitan langsung dengan posisi yang kamu lamar. Hal ini akan sangat terasa ketika kamu memasuki tahap user interview, di mana pewawancara adalah atasan mu yang kompeten di bidang atau posisi yang kamu lamar.
Misalnya, jika kamu melamar untuk posisi Public Relations, penting bagi kamu memahami tugas dan tanggung jawab dari seorang seorang Public Relations Officer. Seperti membuat siaran pers, menjalin hubungan baik dengan stakeholder, mengelola media sosial perusahaan, event organizing, serta berbagai aktivitas dan kemampuan lainnya yang menjadi inti dari peran posisi tersebut.
Riset pertanyaan interview
Saat ini, semakin banyak HR maupun user yang membagikan pengalaman mereka saat mewawancarai kandidat. Tak jarang, mereka juga berbagi tips dan trik seputar proses wawancara, termasuk jenis-jenis pertanyaan yang sering muncul baik di tahap HR interview maupun user interview.
Manfaatkan berbagai platform yang kamu miliki untuk menggali informasi sebanyak mungkin. Salah satu rekomendasi dari MinCy: coba eksplorasi LinkedIn. Di sana, banyak profesional di bidang HR yang secara terbuka membagikan wawasan, tren rekrutmen terbaru, bahkan contoh pertanyaan interview yang sering mereka gunakan.
Dengan aktif mencari dan membaca pengalaman-pengalaman tersebut, kamu bisa mendapatkan gambaran nyata tentang apa yang akan kamu hadapi, sekaligus mempersiapkan jawaban yang relevan dan meyakinkan.
Perhatikan jadwal interview dan barang yang perlu dibawa
Hal ini mungkin terkesan sepele. Namun, terdapat beberapa kasus yang sangat disayangkan terjadi hanya dikarenakan keteledoran kandidat yang lupa atau salah jadwal interview sehingga tidak hadir. Tentu hal ini merugikan diri mu sendiri karena kecil kemungkinan untuk dapat mengatur ulang waktu interview.
Selain itu, penting pula untuk memperhatikan barang pendukung apa yang perlu dibawa saat interview. Biasanya yang perlu dibawa adalah CV, pas photo, dan cover letter kandidat. Dengan kamu lupa membawa, maka akan memberikan kesan pertama yang kurang baik. Jadi, pastikan lagi jadwal dan dokumen pendukung yang perlu dibawa, ya!
Berlatih menceritakan pengalamanmu
Biasanya, dalam sesi wawancara, pertanyaan yang diberikan pasti akan berkaitan erat dengan latar belakang kehidupan kita serta pengalaman kerja kamu sebelumnya. Tidak jarang orang yang memiliki banyak pengalaman, justru kesulitan menyampaikannya dengan jelas. Hal ini seringkali disebabkan oleh rasa gugup dan kurang latihan.
Maka dari itu, penting untuk membiasakan diri dengan latihan sederhana seperti memperkenalkan diri, menyampaikan pengalaman kerja mu sebelumnya, serta yang tidak kalah penting yakni berlatih menjelaskan kelemahan dan kelebihan secara profesional yang kamu miliki. Gunakan teknik STAR (Situation, Task, Action, Result) saat menjawab supaya lebih terstruktur.
Kamu tidak perlu menghafal, cukup biasakan diri untuk berlatih secara berkala. Dengan begitu, pada saat tiba waktunya menghadapi pertanyaan serupa dalam interview, kamu akan jauh lebih percaya diri dan bisa menjawab dengan tenang. Grameds jangan lupa ya, bisa karena biasa!.
Berikan kesan positif dan profesional
Ketika bertemu dengan interviewer, kesan pertama (first impression) menjadi salah satu hal krusial yang perlu kamu perhatikan. Usahakan untuk membangun citra positif sejak awal, karena kesan awal dapat memengaruhi cara pewawancara menilai dirimu secara keseluruhan.
Kesan positif ini bisa kamu ciptakan lewat beberapa cara sederhana, seperti berpakaian dengan rapi dan sopan. Dengan melakukan riset tentang perusahaan, maka kamu akan mengetahui budaya kerja mereka. Kamu dapat menemukan informasi ini melalui media sosial perusahaan atau konten dari karyawannya—misalnya lewat video dengan tagar seperti #LifeatGramedia yang bisa kamu lihat di instagram @loker_gramedia. Dari situ, kamu bisa melihat pola berpakaian yang umum digunakan: apakah formal, smart casual, santai, atau bahkan mengenakan batik.
Tak hanya soal penampilan, sikap juga punya peran penting. Tunjukkan gestur ramah dengan senyuman dan jawablah setiap pertanyaan dengan antusias, namun tetap tenang, professional dan tidak berlebihan. Sikap ini menunjukkan bahwa kamu adalah kandidat yang profesional, percaya diri, dan menyenangkan untuk diajak bekerja sama.
Siapkan pertanyaan untuk interviewer
Pada umumnya, sebelum sesi wawancara ditutup, interviewer akan memberikan kesempatan kepada kandidat untuk mengajukan pertanyaan seputar posisi yang dilamar, perusahaan, atau tahapan rekrutmen selanjutnya.
Meskipun tidak bersifat wajib, memanfaatkan momen ini untuk bertanya justru dapat memberikan nilai tambah. Ketika kamu mengajukan pertanyaan yang relevan, terutama terkait posisi atau lingkungan kerja di perusahaan, hal tersebut mencerminkan rasa ingin tahu yang tinggi serta ketertarikanmu untuk benar-benar bergabung.
Lebih dari itu, dengan mengajukan pertanyaan kepad a recruiter, kamu juga menunjukkan bahwa kamu aktif, kritis, dan serius mempertimbangkan langkah karier mu. Ini bisa menjadi sinyal positif bahwa kamu bukan hanya ingin "sekadar diterima kerja", tetapi juga benar-benar ingin tumbuh dan berkembang bersama perusahaan tersebut. Beberapa contoh pertanyaan yang bisa kamu ajukan misalnya:
"Bagaimana budaya kerja di tim ini?"
"Apa rutinitas pekerjaan di tim ini?"
"Apa tantangan utama yang biasanya dihadapi di posisi ini?"
Pertanyaan-pertanyaan semacam ini akan membantu kamu memperoleh gambaran lebih jelas tentang pekerjaan yang akan dijalani sekaligus memperlihatkan kesiapan dan profesionalisme sebagai kandidat.
Itulah beberapa tips dari MinCy buat kamu yang akan melaksanakan interview kerja.
Semoga tips-tips di atas bisa membantumu menghadapi wawancara kerja dengan lebih percaya diri dan tenang. Ingat, rasa gugup itu wajar—yang penting adalah bagaimana kamu mengelolanya dan tetap menunjukkan versi terbaik dari dirimu. Proses rekrutmen bukan hanya ajang penilaian dari pihak perusahaan, tapi juga momen kamu untuk mengenal lebih jauh dunia kerja dan menunjukkan bahwa kamu siap untuk berkembang.
MinCy yakin, dengan persiapan yang matang dan sikap yang positif, peluang mu untuk lolos dan meraih karier impian akan semakin besar. Jadi, tetap semangat ya, Grameds! Jangan ragu untuk terus belajar, mencoba, dan percaya pada diri sendiri—karena perjalanan karier yang hebat selalu dimulai dari satu langkah berani.