Innovation, Transformed.

Bersama Gramedia, menginspirasi Indonesia menuju masa depan yang cemerlang.

Who we are?

Gramedia berdiri pada tahun 1970, PT Gramedia Asri Media atau kerap dikenal menjadi Toko Gramedia merupakan salah satu unit bisnis strategis di bawah Kompas Gramedia Group.
55 Tahun
#TumbuhBersama masyarakat
3513 Pegawai
Di seluruh Indonesia
1700+ Buku
Tercetak di Indonesia selama tahun 2024
1000+ Events
Berhasil dilaksanakan
Temukan kisah dan perjalanan kami disini!

Terus berkembang melampaui batas, membentuk masa depan yang lebih cerah melalui brand.

PT Gramedia Asri Media atau Toko Gramedia merupakan salah satu unit bisnis strategis di bawah Kompas Gramedia Group yang berfokus pada bisnis ritel dengan buku, alat tulis, produk non-books sebagai produk utamanya. Selain itu, Gramedia juga bergerak di bidang pendidikan untuk kemajuan pengetahuan di nusantara.
Pelajari lebih lanjut tentang brand

Testimonials

Apa kata mereka tentang Gramedia?
Dr. Andreas
“Senang bisa collab dengan Penerbit Gramedia, karena bisa nerima ide-ide yang unik dari penulisnya!”
Dr. Andreas, Penulis
Brian Khrisna
“Sejak kecil, saya suka banget dateng ke Gramedia dan saya termotivasi kalo suatu saat buku saya harus ada di Gramedia, dan akhirnya bisa nerbitin buku di Gramedia.”
Brian Khrisna, Penulis
Yoyok
“Promexx sudah menjalin kerjasama dengan Gramedia lebih dari 20 tahun, dan selama menjalin kemitraan kedua belah pihak mendapat benefit yang bagus.”
Yoyok, Mitra Gramedia

Latest updates

See all
Kenapa Membaca Bisa Mendorong Kreativitas Anak? Ini Penjelasannya!
18 November 2025

Kenapa Membaca Bisa Mendorong Kreativitas Anak? Ini Penjelasannya!

#LiterAsik - Membaca adalah kegiatan yang tidak hanya menyenangkan tetapi juga sangat bermanfaat, terutama bagi perkembangan anak. Selain itu, membaca juga memiliki potensi besar untuk memacu kreativitas anak. Melalui hobi membaca, anak dapat mengembangkan imajinasi, meningkatkan pemahaman dunia, dan menggali potensi kreatif mereka dengan cara yang unik dan menarik.

Dalam artikel ini, yuk jelajahi alasan di balik aktivitas membaca dapat mendorong kreativitas anak, yaitu:

Mengembangkan Imajinasi

Membaca buku cerita, novel, atau dongeng dapat membantu anak mengembangkan imajinasi yang kaya. Dalam proses membaca, anak akan membayangkan dunia dalam cerita, karakter, dan setting yang dijelaskan dalam buku.

Ini merangsang pikiran kreatif mereka untuk membuat gambaran mental yang hidup dan mendalam. Imajinasi yang berkembang akan menjadi fondasi untuk kreativitas anak dalam berbagai aspek kehidupan mereka.


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Membaca tidak hanya memperluas wawasan anak, tetapi juga meningkatkan kemampuan mereka untuk berpikir kritis. Ketika membaca, anak diajak untuk memahami konten yang kompleks, menganalisis informasi, menghubungkan fakta, dan membuat kesimpulan sendiri.

Kemampuan ini penting dalam merangsang pemikiran kreatif anak karena akan terbiasa melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan menemukan solusi yang inovatif.


Menciptakan Dunia Imajinatif Sendiri

Melalui membaca, anak dapat belajar berbagai genre sastra, seperti fiksi, fantasi, petualangan, sains fiksi, dan banyak lagi. Setiap genre menawarkan dunia imajinatif yang unik, dengan karakter yang menarik dan cerita yang menantang.

Anak dapat terinspirasi untuk menciptakan dunia imajinatif mereka sendiri, menulis cerita mereka sendiri, atau bahkan membuat ilustrasi untuk melengkapi cerita tersebut. Ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mengekspresikan kreativitas dan mengembangkan bakat mereka dalam menulis dan menggambar.


Memperluas Kosakata dan Kemampuan Berbahasa

Membaca secara rutin membantu meningkatkan kosakata dan kemampuan berbahasa anak. Dengan memiliki perbendaharaan kata yang lebih luas, anak akan lebih mampu mengungkapkan ide-ide mereka dengan cara yang kreatif dan deskriptif.

Mereka akan belajar cara menggambarkan suasana dan karakter dengan detail yang menarik. Kemampuan berbahasa yang kuat akan membantu anak dalam mengekspresikan kreativitas mereka dengan jelas dan mengomunikasikan ide-ide mereka kepada orang lain.


Menginspirasi Minat dan Hobi Baru

Membaca buku tentang topik yang menarik dapat memengaruhi minat dan hobi anak. Membaca tentang berbagai topik juga membuka pintu bagi anak untuk mengeksplorasi minat dan hobi baru. Seperti seorang anak yang mulai dari menggambar karena jatuh hati pada komik hingga tertarik pada dunia hewan setelah membaca buku sains.

Bagaikan pintu kecil yang mengantar anak untuk eksplorasi dunia baru, setiap buku memberikan perspektif baru. 


Jadi, Grameds sudah tau ingin beri buku apa kepada si kecil untuk mendorong kreativitas mereka? Jangan khawatir karena Gramedia hadir dengan berbagai pilihan buku yang tersedia, dari fiksi, cerita non-fiksi, dongeng, novel grafis, buku aktivitas, hingga buku belajar. Buku-buku di Gramedia juga telah disesuaikan dengan berbagai rentang usia dan tingkat bacaan. Jadi, tiap anak  dapat menemukan sesuatu yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.

Gramedia senantiasa menjadi ruang berkarya bagi para penulis buku dalam menghadirkan karya asli yang bermakna bagi pembaca. Gabung dengan komunitas Gramedia Writers and Readers Forum untuk terhubung lebih dekat dengan dunia literasi melalui tautan di bio Instagram @gwrf.id.

325 Pelajar dari Berbagai Daerah Bersaing di National Robotic & Coding  Competition 2025
18 November 2025

325 Pelajar dari Berbagai Daerah Bersaing di National Robotic & Coding Competition 2025

Jakarta, 18 November — Gramedia melalui unit usaha Diginusa sukses menyelenggarakan  ajang National Robotic & Coding Competition 2025 yang digelar di Gramedia Matraman Jakarta pada Sabtu (8/11). Dengan mengusung tema The Green Guardians, kegiatan ini mengajak generasi muda Indonesia untuk berinovasi dan berkreasi melalui teknologi yang berorientasi pada pelestarian lingkungan.

Kompetisi tahun ini diikuti oleh 325 peserta dari berbagai sekolah dasar, menengah pertama, hingga menengah atas di seluruh Indonesia. Kegiatan ini terbagi menjadi dua rangkaian utama, yaitu kompetisi coding online dan kompetisi robotik offline.

Kompetisi coding dilaksanakan secara daring dari 8 Oktober hingga 4 November 2025, dengan empat kategori utama, yaitu:

● Animasi dengan Pictoblox untuk jenjang SD kelas 3–4 
● Games dengan Scratch untuk jenjang SD kelas 5–6 
● UI/UX & Pengembangan Aplikasi untuk jenjang SMP 
● Tinkercad Code Challenge untuk jenjang SMA 

Para peserta ditantang untuk membuat karya kreatif yang menampilkan ide dan solusi ramah lingkungan sesuai dengan tema The Green Guardians.

Penilaian lomba dipercayakan kepada tiga juri dengan latar belakang profesional dan akademik yang beragam. I Gusti Ngurah Suryantara, dosen sekaligus pakar Computer Science dengan pengalaman lebih dari dua dekade di dunia pemrograman dan edukasi teknologi. Didampingi Nendy Fadhlurrahman aktivis lingkungan dan pendiri Warriors Clean Up Indonesia yang membawa perspektif isu keberlanjutan, pemberdayaan masyarakat, serta edukasi lingkungan. Sementara itu, Doni Abdillah Siregar dari Tim produk dan Akademik Diginusa melengkapi komposisi juri dengan keahlian di bidang pengembangan produk dan pendidikan digital. Kolaborasi ketiganya memastikan proses penilaian berlangsung objektif dan menyeluruh.

Selain kompetisi daring, kegiatan ini juga menghadirkan kompetisi robotik yang digelar secara bersamaan. Dalam sesi ini, peserta berkompetisi dalam dua kategori utama, yaitu Soccer Robot dan Creative Robot, yang menilai kemampuan teknis, desain, serta kreativitas robot dalam mendukung misi pelestarian lingkungan.


National Robotic & Coding Competition di kategori Soccer Robot.

Dewan juri untuk kompetisi robotik terdiri dari tiga ahli. Bindran Rivelino, Senior Trainer UbTech, menilai dari sisi teknis pelatihan robotik. Nendy Fadhlurrahman, aktivis lingkungan dan pendiri Warriors Clean Up Indonesia, memberikan sudut pandang keberlanjutan dan edukasi sosial. Sementara itu, Ahmad Hafidz Fajrian, yang berpengalaman di bidang IoT, robotika, dan elektronika, melengkapi penilaian dengan keahliannya di teknologi.

“Melalui tema The Green Guardians, kami ingin menanamkan semangat kepada anak-anak Indonesia untuk menjadi pelindung bumi melalui robotik. Mereka belajar bahwa inovasi digital bukan hanya soal kreativitas, tetapi juga tanggung jawab terhadap lingkungan,” ujar Heris selaku Ketua Panitia.

Daftar Pemenang National Robotic & Coding Competition 2025 

Kategori Animasi dengan Pictoblox (SD Kelas 3–4) 
● Juara 1: Gardapati Bisamaeri Zendrato – SD Sang Timur Cakung 
● Juara 2: Niko Jethro Jaya Siallagan – SD Bunda Hati Kudus Kota Wisata 
● Juara 3: Eleanor Dahayu Kresentia – SD Abdi Siswa Bintaro

Kategori Games dengan Scratch (SD Kelas 5–6) 
● Juara 1: Abiy Haidar Khalif – SD Telkom Batam 
● Juara 2: Priscila Vanya Wicaksono – SD Bunda Hati Kudus Kota Wisata 
● Juara 3: Billy Karvinson Cu – SD Bhakti YKKP

Kategori UI/UX & Pengembangan Aplikasi (SMP) 
● Juara 1: Tim A – SMP Santo Yoseph Jakarta 
● Juara 2: Tim Metaverst – SMP Abdi Siswa Bintaro 
● Juara 3: Tim Eco Quest – SMP Waringin

Kategori Tinkercad Code Challenge (SMA) 
● Juara 1: Tim SMA Permai – SMA Permai 
● Juara 2: Tim Barudak – SMA Trinitas 
● Juara 3: Tim Bruvena – SMA Santo Carolus Surabaya

Kategori Soccer Robot (SD Kelas 3–4) 
Juara 1: SDI Al-Izhar Pondok Labu 
● Juara 2: SDS Permai 
● Juara 3: SD Mahatma Gading

Kategori Creative Robot (SD Kelas 5–6) 
● Juara 1: Tim Bestfriend Robo – SD BPK Penabur Depok 
● Juara 2: Tim Red Team – SD Kharisma Bangsa 
● Juara 3: Tim Domibot – SDK BPK Penabur Depok

Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sarana pembelajaran dan kolaborasi. Melalui berbagai tantangan robotik, para peserta didorong untuk berpikir kritis, bekerja sama, dan menciptakan solusi nyata bagi permasalahan lingkungan menggunakan robotik. 

“Kami bangga melihat semangat para peserta. Kreativitas dan kepedulian mereka terhadap isu lingkungan menunjukkan bahwa generasi muda kita siap menjadi inovator masa depan,” tutup Heris.  

Dengan terselenggaranya National Robotic & Coding Competition 2025, Diginusa berharap semakin banyak pelajar Indonesia yang terdorong untuk mengeksplorasi bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics), sekaligus mengembangkan karakter peduli lingkungan melalui inovasi teknologi yang berkelanjutan. 

Pusing Uang Cepat Habis? Ini 5 Cara Mengelola Uang Khusus Untuk Gen Z yang Bikin Kamu Jadi Financial Freedom!
11 November 2025

Pusing Uang Cepat Habis? Ini 5 Cara Mengelola Uang Khusus Untuk Gen Z yang Bikin Kamu Jadi Financial Freedom!

#LiterAsik — Coba bayangkan, kamu dapat pekerjaan baru dengan gaji yang lebih tinggi. Kira-kira,  apakah kamu akan menambah uang jajan harianmu, Grameds? Dari jawaban sederhanamu, sebenarnya dapat terlihat cara kamu mengelola keuangan, Grameds. 

Literasi finansial bukan hanya soal kemampuan, tetapi juga kesadaran, sikap, dan perilaku seseorang yang dapat membuat keputusan finansial dengan cerdas berdasarkan informasi yang didapatkannya. Kemampuan seperti budgeting, peminjaman, investasi, hingga manajemen keuangan personal menjadi komponen penting dari literasi keuangan.

Terdapat fakta menarik nih Grameds! Hasil dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun ini menunjukkan bahwa kategori usia 18–25 tahun mengalami kenaikan persentase indeks literasi keuangan, yang sebelumnya pada 2024 sebesar 70,19 persen menjadi 73,22 persen. Namun, angka yang terlihat tinggi ini belum sepenuhnya tercermin dalam praktik sehari-hari. Masih banyak Gen Z yang aktif menggunakan layanan keuangan digital, tetapi belum sepenuhnya memahami cara kerja risiko, bunga, ataupun konsekuensi finansialnya.


Pentingnya Mengelola Keuangan

Pengelolaan keuangan yang baik bukan hanya tentang membuat dompetmu aman hari ini, tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk masa depan. Mulai dari terhindar dari utang, keuangan terasa selalu stabil, hingga bantu menjaga kesehatan mental dengan mengurangi stres yang tidak perlu jadi manfaat akan pentingnya mengelola keuangan.

Bahkan, kelola keuangan dapat membawamu ke kebebasan yang diimpikan oleh semua orang, yaitu bebas finansial atau financial freedom. Lalu, gimana ya agar bisa mencapai financial freedom dengan mengelola keuangan? Apa iya cukup hanya membuat budgeting yang efektif? 


Mengelola Keuangan Demi Financial Freedom

Membuat Anggaran Sesuai dengan Penghasilan
Anggaran ini akan jadi roadmap keuanganmu, Grameds. Catat segala pemasukan dan pengeluaran serta untuk apa uang tersebut digunakan. Lalu, dengan begini Grameds akan dimudahkan untuk melihat perjalanan keuangan Grameds di beberapa waktu lalu.

Sisihkan Dana untuk Masa Depan
Meskipun masa depan diselimuti misteri, Grameds tetap bisa menyiapkan diri menghadapinya. Caranya bagaimana? Nah, Grameds dapat mulai menyisihkan dana untuk berbagai kebutuhan di masa depan, seperti pendidikan, kesehatan, ataupun pensiun. Dengan melakukan ini, Grameds pastinya akan lebih siap menghadapi masa depan.

Konsisten Menabung dan Investasi
Jangan lupa untuk alokasikan sedikit uangmu untuk kebutuhan jangka panjang nih, Grameds. Tabungan dan investasi jadi cara ampuh untuk menjaga kondisi finansial dan bikin uangmu terus bertumbuh mengikuti perubahan nilai dari waktu ke waktu, bukannya berhenti di tempat.

Jangan Terjebak dalam FOMO
Era digitalisasi ini buat Grameds rentan terbawa arus FOMO, selalu ingin coba hal-hal yang sedang tren. Karena itu, penting bagi Grameds untuk lebih bijak membedakan mana kebutuhan dan mana yang sekadar keinginan. Jika tidak dikendalikan, FOMO bisa membuat Grameds terjebak dalam labirin pengeluaran yang tiada habisnya. Namun tenang, itu semua dapat dihindari dengan literasi finansial yang matang!

Hindari Utang yang Tak Diperlukan
Salah satu jebakan dalam keuangan ialah utang yang kian menumpuk, rasa-rasanya memiliki barang tertentu kadang membuat kita terlena hingga rela berutang demi mendapatkannya. Kondisi ini semakin diperkuat oleh kemudahan akses paylater melalui berbagai aplikasi, bahkan untuk kebutuhan kecil sekalipun. 


Financial freedom sudah tak sejauh yang dibayangkan, kan Grameds? Memang, langkah-langkah di atas mungkin terasa menantang di awal, tetapi bukan berarti mustahil. Yuk, mulai terapkan perlahan dan konsisten karena komitmen kecil setiap hari bisa membawa perubahan besar!

Grameds juga bisa bergabung ke komunitas GWRF (Gramedia Writer and Reader Forum) untuk berdiskusi seputar berbagai jenis literasi lainnya, seperti literasi digital dan literasi sains. Jangan lupa juga untuk ikuti Instagram @gwrf.id untuk kabar terbaru seputar dunia literasi!

Hadapi Banjir Informasi dengan Mengasah Literasi Digital Kamu!
11 November 2025

Hadapi Banjir Informasi dengan Mengasah Literasi Digital Kamu!

#LiterAsik - Era digital adalah era ketika semuanya menjadi mudah, dari mencari blush on terbaik, rekomendasi kafe murah, hingga kabar terbaru idola favoritmu. Namun, kemudahan ini juga datang dengan sisi negatif. Banyaknya informasi yang beredar akan berisiko buat Grameds kewalahan dan sulit membedakan mana informasi yang benar, dan mana yang sekadar sensasi.

Sebesar 73,2 persen dari total populasi dunia menggunakan internet per Oktober 2025, fakta ini menjadi bukti pentingnya peran literasi digital nih, Grameds. Literasi digital ialah keterampilan seseorang dalam memahami, memanfaatkan, hingga menciptakan informasi yang bersumber dari berbagai jenis teknologi. Dengan memiliki literasi digital yang baik, Grameds bisa lebih mudah menyaring informasi dan menemukan sumber yang kredibel di tengah derasnya arus data di dunia maya.

Pastinya kemampuan ini nggak datang begitu aja, Grameds. Perlu tekad dan usaha untuk meningkatkan kemampuan literasi digital supaya kamu tak tenggelam di lautan informasi, simak kiat berikut untuk mengasah literasi digitalmu!

  • Selalu Bersikap Kritis dalam Menerima Informasi

Internet memang sudah menjadi teman sehari-hari, tetapi Grameds tetap perlu berhati-hati dalam menggunakannya. Crosscheck berita dari berbagai sumber, tak termakan judul yang clickbait, dan tak langsung menyimpulkan dari satu media saja menjadi langkah awal untuk melatih bersikap kritis di ruang digital. Perlu diingat Grameds, filter tak hanya untuk foto, tetapi juga untuk menemukan informasi yang kredibel. 

  • Perhatikan & Lindungi Privasi dan Jejak Digital

Era digitalisasi datang dengan tantangan keamanan yang jauh lebih sulit. Mudahnya akses di ruang digital buat Grameds jadi rentan akan ancaman, seperti phishing, malware, hack, hingga faker. Ini semua dapat terjadi karena banyaknya informasi personal yang tersebar di dunia maya. Oleh karena itu, Grameds perlu lebih waspada dengan membatasi informasi yang dibagikan, membuat kata sandi yang kuat dan unik untuk tiap akun, serta memanfaatkan fitur keamanan tambahan pada perangkat.

  • Edukasi Diri Lewat Berbagai Platform

Manfaatkan era digitalisasi ini dengan mengikuti berbagai webinar, short course, ataupun bergabung ke komunitas baca seperti GWRF (Gramedia Writer & Reader Forum) untuk terus tingkatkan literasi digitalmu, Grameds. Tak perlu khawatir soal bujet karena ada puluhan ruang belajar gratis yang siap bantu Grameds asah literasi digital. 

  • Bijak Menggunakan Media Sosial

Media sosial memang menjadi cara cepat untuk mendapatkan dopamin instan. Namun, penggunaan media sosial yang berlebihan juga dapat berdampak buruk bagi penggunanya. Untuk mencegah hal tersebut, Grameds dapat mulai dengan memilih konten yang bermanfaat, batasi screen time lewat fitur di ponsel, dan menghentikan kebiasaan doomscrolling

  • Pahami Etika dan Budaya Digital

Salah satu keuntungan ruang digital ialah bisa digunakan kapan pun dan di mana pun, sekaligus tanpa perlu tatap muka. Namun, keuntungan ini juga yang menimbulkan potensi  miskomunikasi, jadi perlu bagi Grameds untuk beretika dan bersikap sopan di ruang digital. Hargai perbedaan dan dan jangan biarkan kebebasan digital berubah jadi hal negatif seperti cyberbullying atau pelecehan daring.

Sekarang, setelah paham cara mengasah literasi digital, langkah selanjutnya adalah mencari ruang untuk Grameds terus berkembang. Komunitas GWRF hadir sebagai wadah untuk para pecinta literasi Indonesia yang bisa kamu temukan di Instagram @gwrf.id

Mengenal Tantangan Literasi Digital: Doomscrolling, Zombie Scrolling, dan Death Scrolling
07 November 2025

Mengenal Tantangan Literasi Digital: Doomscrolling, Zombie Scrolling, dan Death Scrolling

#LiterAsik - Pernah nggak, Grameds, niat hati buka ponsel untuk rehat sejenak dari penat, tiba-tiba sudah dua jam terlewati? Kadang tanpa sadar, kita terbawa arus scrolling media sosial, tenggelam dalam video pendek, atau sibuk membalas chat yang terus berdatangan. Di era digital ini, internet memang jadi teman setia, tetapi kita tetap perlu bijak agar tak terjebak dalam “jebakan batman” dunia maya.

Nah, di sinilah pentingnya literasi digital, kemampuan untuk memahami, menilai, dan menggunakan teknologi secara cerdas supaya waktu kita di dunia maya tetap bermanfaat, bukan sebaliknya.

Istilah literasi digital dipopulerkan oleh Paul Gilster pada 1997 melalui salah satunya bukunya yang berjudul Digital Literacy. Menurutnya, literasi digital berarti kemampuan untuk memahami dan memanfaatkan  berbagai bentuk informasi dari beragam sumber dengan bantuan teknologi digital.

Literasi digital tak hanya perlu Grameds ketahui, tetapi perlu terus diasah karena literasi digital memiliki seribu manfaat untuk kehidupan sehari-hari kita, seperti meningkatkan kemampuan berpikir kritis, melindungi privasi daring, memperluas akses informasi, membuka peluang karir, dan sebagainya. Tanpa pemahaman dan kemampuan literasi digital yang baik, Grameds jadi tak mudah termakan hoaks, kehilangan fokus dan empati, bahkan kecanduan konten dengan scrolling terus-menerus.

Grameds tau nggak? Kegiatan scrolling terus-menerus tanpa tujuan itu terdapat sebutannya, lho. Bahkan, terdapat berbagai jenisnya juga, apa saja ya kira-kira? 


Jenis-jenis Scrolling

Doomscrolling 

Pernah tanpa sadar merasa marah ketika berlama-lama scrolling internet? Kemungkinan besar ini terjadi karena Grameds terlalu banyak mengonsumsi konten negatif. Keadaan ini lah yang disebut doomscrolling.

Terbawa suasana, Grameds terus menggali lubang berisi informasi negatif yang buat kamu terjerat dan semakin percaya akan kebenarannya. 


Zombie Scrolling

Zombie sering dibilang seperti mayat hidup: tubuhnya bergerak, tetapi jiwanya hilang. Dengan kata lain, hidup tanpa tujuan bermakna. Zombie scrolling berarti seseorang scrolling terus-menerus tanpa arah, berpindah dari satu konten ke konten lain. 

Dari konten memasak, cara merakit komputer, lalu tiba-tiba konten senam SKJ, otak Grameds bekerja secara pasif. Ia menyerap apapun yang Grameds lihat dan dengar lewat layar, hingga pelan-pelan akan buatmu kehilangan arah dan fokus.


Death Scrolling

Jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi. Grameds tau harus segera tidur, tetapi internet buat Grameds berpikir sebaliknya. “Tanggung, satu video lagi,” lalu tanpa sadar, jarum jam sudah berada di angka 3.

Death scrolling adalah “penyakit” digital yang sering kita alami, ketika jari terus scrolling layar walaupun mata, tubuh, dan otak sudah memohon untuk istirahat. Siapa yang sering seperti ini, Grameds?


Ruang digital, khususnya media sosial, memang menyenangkan untuk mencari hiburan instan. Namun, segala hal yang berlebihan tentunya tidak baik nih, Grameds. Yuk, bijak gunakan ruang digital dengan memahami literasi digital. Artinya, bukan hanya tahu cara menggunakan media sosial, tetapi juga paham cara memilah informasi, menghargai privasi, dan menjaga keamanan data pribadi agar Grameds tak terjerat di lautan informasi.

Mari, mulai perjalananmu di dunia literasi dengan bergabung ke komunitas GWRF, komunitas untuk para pecinta literasi berdiskusi, berkumpul, dan berkoneksi di ruang digital melalui Instagram @gwrf.id!